Kamis, 22 April 2010

Pengawasan Pemasaran Daging di Pasar Gede Solo




PENGAWASAN PEMASARAN DAGING DI PASAR GEDE SOLO
Di pasar Gede terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan/ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng ditempat, ayam potong, dan ayam hidup.
Kondisi pemasaran daging di Pasar Gede Solo dapat digambarkan seperti foto di atas.
Kios daging di antaranya yang menjual daging sapi dan daging babi yang ada di Pasar Gede sudah berada pada ruangan tersendiri dipisahkan dengan kios barang kebutuhan rumah tangga yang lainnya seperti sayuran, makanan atau penganan kecil, dan buah-buahan kecuali pada kios daging ayam. Tetapi kios-kios tersebut masih berada dalam satu komplek dengan kios hasil laut. Penempatan daging ayam masih berada dalam satu ruangan dengan bahan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan kurangnya kebersihan pada daging yang dijual. Sehingga kurang terjaminnya keamanan bagi para konsumen dari produk daging tersebut. Meskipun sebenarnya di setiap kios disediakan ember-ember berisi air tetapi air yang digunakan oleh para pedagang kurang terjamin kebersihannya. Air yang digunakan untuk mencuci daging oleh para pedagang tidak dalam keadaan mengalir dan tidak diganti meskipun kondisi air sudah terlihat keruh. Bahkan ember-ember berisi air tersebut digunakan untuk merendam daging ayam oleh para pedagang.
Selain itu daging yang dijual di Pasar Gede sudah tidak dalam kondisi segar karena ternak tidak dipotong di tempat. Daging yang dijual oleh para pedagang berasal dari RPA dan RPH yang berada di daerah Solo dan Sukoharjo. Bahkan ada pula pedagang nakal yang meletakkan daging-daging siap jual pada keranjang bambu dan diletakkan di bawah meja. Sehingga jelas sekali dari pihak pedagang sendiri kurang bisa menjaga kebersihan daging siap jual.
Dari pihak konsumen sendiri juga kurang adanya kepedulian terhadap kebersihan produk daging yang akan dikonsumsi. Bahkan meskipun di kios penjualan daging sudah diberi plakat petunjuk mengenai daging apa yang dijual oleh pedagang tersebut, konsumen kurang tahu daging apa yang dijual tersebut karena konsumen kurang tahu mengenai ciri-ciri fisik daging yang layak atau ASUH (Aman. Sehat, Utuh, dan Halal) untuk dikonsumsi.
Melihat beberapa kekurangan yang terjadi di Pasar Gede tersebut maka perlu adanya sistem pengawasan pasar yang lebih ketat dari pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bersama dengan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) serta Dinas Kesehatan (Dinkes). Penting pula adanya razia dadakan yang dilakukan oleh petugas terhadap pedagang. Perlu juga diadakan sosialisasi kepada para pedagang mengenai penanganan daging segar dan system pemasaran daging yang baik. Selain itu dari pihak pengelola Pasar Gede sebaiknya melengkapi fasilitas bagi para pedagang seperti adanya freezer bagi pedagang daging yang dapat digunakan untuk mempertahankan kesegaran daging yang dijual. Untuk memperbaiki kondisi pemasaran daging di Pasar Gede diperlukan adanya kerjasama yang baik antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan), Dinas Kesehatan (Dinkes), pedagang dan konsumen.

Selasa, 06 April 2010

Pemanfaatan Limbah Peternakan sebagai Biogas

PENDAHULUAN

Limbah adalah sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan dari industri dan manusia, limbah merupakan momok yang selalu menghantui. Limbah dapat menyebabkab kerusakan lingkungan yang cukup hebat. Itulah sebabnya berbagai upaya dilakukan untuk meredam efek dari limbah, berbagai peraturan ditegakkan untuk menanggulanginya. Tetapi masih saja banyak pelanggaran.
Kalau dikaji limbah-limbah industri ataupun dari manusia sangat jarang yang diolah, dikarenakan instalasi pengolahannya masih tergolong mahal dan tidak menguntungkan bagi pemiliknya. Sehingga cenderung pemilik limbah ini langsung membuang limbah tersebut ke sungai, laut ataupun diresapkan kedalam tanah. Akibatnya sangat luar biasa, pencemaran air sungai maupun air tanah sangat tinggi dan diikuti dengan bau yang kurang sedap. Selanjutnya penyakit akan bertebaran dimana-mana, yang pada akhirnya masyarakat juga yang dirugikan.
Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan.
Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau fermentasi perlu digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat.



MATERI DAN METODE

Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Gas metan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas metan.Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi.
Cara Pembuatan
1. Materi
Biogas atau sering pula disebut gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan seperti kotoran hewan, kotoran manusia, ataupun sampah, direndam di dalam air dan disimpan di tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Proses kimia terbentuknya gas cukup rumit, tetapi cara menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Hanya dengan teknologi sederhana gas ini dapat dihasilkan dengan baik.
Sumber bahan untuk menghasilkan biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas; dapat juga berasal dari sampah organik.
Komponen biogas: CH4 (metana) ± 60 % , CO2 (karbon dioksida) ± 38 %, (N2, O2, H2, & H2S) ± 2 % .
2. Metode
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan (Digester) Biogas :
a. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan biogas)
b. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) hingga bahan yang dimaksukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
c. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik, penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
d. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kira-kira 10 % dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.



PEMBAHASAN

A. Sejarah Biogas
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
B. Biogas dari Limbah Peternakan Sapi
Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan termasuknya di dalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD (Biological/Chemical Oxygen Demand), bakteri patogen sehingga menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara dengan debu dan bau yang ditimbulkannya.
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Gas metan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas metan. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi.
C. Komponen Penyusun Biogas
Komposisi biogas:
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Air 2-7 (20-40o C)
Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan:
Aplikasi 1m3 biogas setara dengan
1 m3 biogas Elpiji 0,46 kg
Minyak tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
Kayu bakar 3,50 kg
Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik
60—100 watt lampu bohlam selama enam jam





Potensi produksi gas dari berbagai jenis kotoran
Jenis Kotoran Produksi gas per kg (m3)
Sapi/kerbau 0,023 – 0,040
Babi 0,040 – 0,059
Unggas 0,065 – 0,116
Manusia 0,020 – 0,028

D. Keuntungan Penggunaan Biogas
Biogas sebagai salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dapat menjawab kebutuhan akan energi sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari pupuk cair dan padat yang merupakan hasil sampingannya serta mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif dapat mengurangi penggunaan kayu bakar. Dengan demikian dapat mengurangi usaha penebangan hutan, sehingga ekosistem hutan terjaga. Biogas menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap.
Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah dkk., 2006).
Peningkatan kebutuhan susu dan pencanangan swasembada daging tahun 2010 di Indonesia telah merubah pola pengembangan agribisnis peternakan dari skala kecil menjadi skala menengah/besar. Di beberapa daerah telah berkembang koperasi susu, peternakan sapi pedaging melalui kemitraan dengan perkebunaan kelapa sawit dan sebagainya. Kondisi ini mendukung ketersediaan bahan baku biogas secara kontinyu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi biogas mendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai.
Beberapa keuntungan penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas sebagai berikut :
1. Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran udara (bau).
2. Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk keperluan rumah tangga.
3. Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi kegiatan rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
4. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.
5. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism).
E. Pengolahan Biogas
Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada prinsipnya menggunakan metode dan peralatan yang sama dengan pengolahan biogas dari biomassa yang lain. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan (Nandiyanto, 2007). Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Gas metan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup banyak.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerobik juga memberikan beberapa keuntungan lain yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organic, bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, dan bau.
Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga.
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer).
2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan (Digester) Biogas seperti terjabar dalam Seri Bioenergi Pedesaan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian tahun 2009 sebagai berikut :
1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan biogas).
2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) hingga bahan yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
3. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik, penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kira-kira 10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dan lain sebagainya.
Untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi di pedesaan dapat berjalan dengan optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi biogas yaitu:
1. Ketersediaan ternak
Jenis jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran ternak. Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi; serta unggas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 400 ekor ayam.
2. Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 400 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.



3. Pola Pemeliharaan Ternak
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
4. Ketersediaan Lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m x 5m).
5. Tenaga Kerja
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya.
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
6. Manajemen Limbah/Kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor.
Bahan baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 2. Pada peternakan sapi perah komposisi padat cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual dengan cara diangkut atau melalui saluran.
7. Kebutuhan Energi
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian, kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk dimanfaatkan.Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing (kascing).
8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses sanitasi sapi perah.Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak, reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan dijangkau instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif sederhana yaitu untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan cara diendapkan, disaring atau dijemur.
Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
10. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional dan perawatan instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
11. Pupuk dari limbah biogas
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi. Slurry kotoran sapi mengadung 1,8 - 2,4% nitrogen, 1,0 - 1,2% fosfor (P205), 0,6 - 0,8% potassium (K20), dan 50 - 75% bahan organik .
Digester Biogas
Salah satu hal terpenting dalam membuat biogas adalah memilih digester. Ada 3 tipe digester gas bio yang dikembangkan selama ini, yaitu:
1) Fixed dome plant, yang dikembangkan di China,
Pada fixed dome plant, digesternya tetap. Penampung gas ada pada bagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan slurry ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran.
Keuntungan: tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah).
Kerugian: Kadang-kadang timbul kebocoran, karena porositas dan retak-retak, tekanan gasnya berubah-ubah karena tidak ada katup tekanan.
2) Floating drum plant yang lebih banyak dipakai di India dengan varian plastic cover biogas plant.
Floating drum plant terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak. Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya.
Keuntungan: Tekanan gasnya konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum.
Kerugian: Konstruksi pada drum agak rumit. Biasanya drum terbuat dari logam (besi), sehingga mudah berkarat, akibatnya pada bagian ini tidak begitu awet (sering diganti). Bahkan jika digesternya juga terbuat dari drum logam (besi), digeseter tipe ini tidak begitu awet.
3) Plug-flow plant atau balloon plant yang banyak di buat di Taiwan, Etiopia, Kolombia Vietnam dan Kamboja.
Konstruksi balloon plant lebih sederhana, terbuat dari plastic yang pada ujung-ujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas.
Keuntungan: biayanya murah, mudah diangkut, konstruksinya sederhana, mudah pemeliharaan dan pengoperasiannya.
Kerugian: tidak awet, mudah rusak, cara pembuatan harus sangat teliti dan hati-hati (karena bahan mudah rusak), bahan yang memenuhi syarat sulit diperoleh.
Bagian-bagian pokok digester gas bio adalah:
1) bak penampung kotoran ternak,
2) digester,
3) bak slurry,
4) penampung gas,
5) pipa gas keluar,
6) pipa keluar slurry,
7) pipa masuk kotoran ternak.
F. Potensi Pengembangan Biogas dari Limbah Peternakan Sapi di Indonesia
Pada umumnya peternak sapi di Indonesia mempunyai rata- rata 2 – 5 ekor sapi dengan lokasi yang tersebar tidak berkelompok. Sehingga penanganan limbahnya baik itu limbah padat, cair maupun gas seperti feses dan urin maupun sisa pakan dibuang ke lingkungan sehingga menyebabkan pencemaran. Pengolahan limbah secara sederhana hanya dengan pemanfaatannya sebagai pupuk organik (Deptan, 2006).
Diketahui sapi dengan bobot 450 kg menghasilkan limbah berupa feses dan urin lebih kurang 25 kg per hari (Deptan, 2006). Dan apabila tidak dilakukan penanganan secara baik maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan udara, tanah dan air serta penyebaran penyakit menular. Sehingga sangat diperlukan usaha untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan peternakan sapi salah satunya dengan melakukan penanganan yang baik terhadap limbah yang dihasilkan melalui biogas.
Hasil biogas dari rata 3 – 5 ekor sapi tersebut setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari (Deptan, 2006). Dengan demikian keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1-2 liter/hari. Pemanfaatan biogas di Indonesia sebagai energi alternatif sangat memungkinkan untuk diterapkan di masyarakat, apalagi sekarang ini harga bahan bakar minyak yang makin mahal dan kadang-kadang langka keberadaannya. Besarnya potensi Limbah biomassa padat di seluruh Indonesia seperti kayu dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan; limbah kotoran hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan babi juga dijumpai di seluruh provinsi Indonesia dengan kualitas yang berbeda-beda.
Teknologi biogas adalah suatu teknologi yang dapat digunakan dimana saja selama tersedia limbah yang akan diolah dan cukup air. Di negara maju perkembangan teknologi biogas sejalan dengan perkembangan teknologi lainnya. Untuk kondisi di Indonesia, teknologi biogas dapat dibangun dengan kepemilikan kolektif dan dipelihara secara bersama. Seperti yang dicanangkan oleh Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Republik Indonesia melalui program Pengembangan Biogas Ternak bersama Masyarakat (BATAMAS) yang dimulai pada tahun 2006.
Beberapa alasan mengapa biogas belum popular penggunaannya di kalangan peternak atau kalaupun sudah ada banyak yang tidak lagi beroperasi, yaitu kurang sosialisasi, teknologi yang diterapkan kurang praktis dan perlu pemeliharaan yang seksama dan kurangnya pengetahuan para petani tentang pemeliharaan digester.
Teknologi biogas dapat dikembangkan dengan input teknologi yang sederhana dengan bahan-bahan yang tersedia di pasaran lokal. Energi biogas juga dapat diperoleh dari air buangan rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam, babi; sampah organik dari pasar, industri makanan dan sebagainya.
Disamping itu, usaha lain yang dapat bersinergi dengan kegiatan ini adalah peternakan cacing untuk pakan ikan/unggas, industri tahu/tempe dapat menghasilkan ampas tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi dan limbah cairnya sebagai bahan input produksi biogas. Industri kecil pendukung juga dapat berkembang, seperti industri bata merah, industri kompor gas, industri lampu penerangan, pemanas air dan sebagainya. Sehingga pengembangan teknologi biogas secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan.
Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pada industri kecil berbasis pengolahan hasil pertanian dapat memberikan multiple effect dan dapat menjadi penggerak dinamika pembangunan pedesaan. Selain itu, dapat juga dipergunakan untuk meningkatkan nilai tambah dengan cara pemberian green labelling pada produk-produk olahan yang di proses dengan menggunaan green energy.

KESIMPULAN






DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Pengolahan Limbah Ternak menjadi Biogas. http://gayul.wordpress.com/. Diakses pada hari Senin, 22 Maret 2010 jam 14.00 WIB.
Anonim, 2010. Biogas.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa:Masuk_log&returnto=Biogas. Diakses pada hari Rabu, 24 Maret 2010 jam 17.00 WIB.
Anonim. 2010. Cara Membuat Biogas dari Kotoran Sapi. http://pb-jlarem.blogspot.com/2010/02/cara-membuat-biogas-dari-kotoran-sapi.html. Diakses pada hari Rabu, 24 Maret 2010 jam 17.10 WIB.
Departemen Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak menjadi Energi Biogas. Seri Bioenergi Perdesaan: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. Departemen Pertanian
Haryati, Tuti. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumbar Energi Alternatif. Wartazoa Vol 16 no 3 tahun 2006.

Personalia Perusahaan

Tugas Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan

PERSONALIA PERUSAHAAN

Jurusan/Program Studi Peternakan





Oleh:
1. Febri Isra H H0507000
2. Kurniasih N H0507000
3. Hary Setiawan H0507044
4. Muji Sumiyati H0507054
5. Novi Dwi I H0507056



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENDAHULUAN

Manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen yang khusus mempelajari bidang personalia atau kepegawaian. Oleh sebab itu, manajemen personalia dapat diberikan pengertian sebagai berikut; suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing, controlling, sehingga efektifitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin.
Memang sukses tidaknya suatu perusahaan atau instansi tidak hanya tergantung pada kegiatan bidang personalia, tetapi peranannya cukup besar. Namun sebenarnya, manajemen personalia telah diterapkan oleh nenek moyang kita, hal ini ditandai dengan bangunan Borobudur, Piramida di Mesir, dan sebagainya. Karena situasi dan kondisi berubah serta kebutuhan mendesak sejak abad ke 20, manajemen personalia mulai dikembangkan dan diusahakan untuk diterapkan.

















ISI

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut.
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam manajemen. Namun selain itu, beberapa ahli seperti Follet menganggap manajemen adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antara manusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan sulit dipelajari.
Dalam makalah ini, akan diberikan gambaran mengenai pembahasan-pembahasan tentang Manajemen Personalia, yang ada antara lain :
1. Analisa jabatan
2. Seleksi
3. Latihan
4. Mutasi
5. Promosi
6. Kompensasi
7. Semangat dan kegairahan kerja
8. Pemutusan hubungan kerja



















PEMBAHASAN

Sebenarnya manajemen personalia adalah manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau dalam kepegawaiaan. Oleh karena itulah manajemen personalia dapat didefenisikan sebagai berikut: Manajemen personalia adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing dan kontroling sehingga efektifitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Memang harus kita ketahui bahwa sukses tidaknya suatu perusahaan/instansi tidak hanya tergantung dari kegiatan dalam bidang personalia, meskipun demikian peranan manajemen personalia cukup besar andilnya terhadap sukses tidaknya perusahaan tersebut.
Manajemen personalia telah dilaksanakan sejak dulu oleh nenek moyang kita, hal ini terbukti dengan adanya bangunan seperti Borobudur, Piramid di Mesir dan sebagainya. Meskipun demikian karena situasi dan kondisi berubah serta kebutuhan yang mendesak, maka sejak abad ke-20 manajemen personalia mulai dikembangkan dan diusahakan untuk diterapkan.
Untuk dapat mengembangkan manajemen personalia maka kita harus sadar bahwa manusia bukanlah benda mati sebab manusia mempunyai perasaan, mereka dapat gembira dan sakit hati , mereka dapat senan dan susah , mereka bukan hanya memerlukan kebutuhan materi tetapi juga mereka juga sering mengharapkan penghargaan dan pengakuaan .
Tugas-tugas manajemen personalia adalah mencakup:
1. Menetapkan analisa jabatan
2. Menarik karyawan
3. Seleksi
4. Melatih
5. Menempatkannya
6. Memberikan kompensasi yang adil dan merata
7. Memotivasi karyawan

A. ANALISA JABATAN
Analisa jabatan/job analysis adalah suatu kegiatan untuk memberikan analisa pada setiap jabatan sehingga dengan demikian akan memberikan pula gambaran tentang syarat-syarat yang diperlukan bagi setiap karyawan untuk jabatan tertentu. Hal ini berarti akan merupakan landasan atau pedoman untuk penerimaan dan penempatan karyawan, di samping sebagai landasan atau pedoman kegiatan lainnya dalam bidang manajemen personalia.
Sebenarnya analisa jabatan adalah juga merupakan informasi tentang jabatan itu sendiri dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat memangku jabatan tersebut dengan baik. Tentang jabatan itu sendiri ditunjukan dalam gambaran jabatan atau deskripsi jabatan sedangkan tentang syarat-syarat yang diperlukanh informasi jabatan ditujunjukan dalam syarat-syarat jabatan. Dengan demikian berarti pengertian analisa jabatan yang pokok terdiri dari 2 hal yaitu:
1. Deskripsi jabatan /job description
2. Syarat-syarat jabatan/job specification
Deskripsi jabatan adalah penjelasan tentang suatu jabatan, tugas-tugasnya, tanggung jawabnya, wewenangnya dan sebagainya.
Syarat-syarat jabatan dibuat berdasarkan skripsi jabatan jadi syarat jabatan adalah merupakan suatu informasi tentang syarat-syarat yang diperlukan. Untuk membuat deskripsi jabatan agar tidak menimbulkan kesimpangsiuran serta dobel pekerjaan, maka dalam membuat deskripsi jabatan tidak boleh dilepaskan dengan deskripsi jabatan keseluruhan jabatan.
Analisa jabatan sebenarnya dapat dipakai juga sebagai landasan atau pedoman untuk penerimaan dan penempatan karyawan serta penentuan jumlah kebutuhan karyawan. Selain sebagai landasan hal-hal tersebut di atas, maka analisa jabatan dapat juga dipakai sebagai landasan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang personalia, yang diantaranya:
1. Sebagai landasan untuk melaksanakan mutasi
2. Sebagai landasan untuk melaksanakan promosi
3. Sebagai landasan untuk melaksanakan latihan/training
4. Sebagai landasan untuk melaksanakan kompensasi
5. Sebagai landasan untuk melaksanakan syarat-syarat lingkungan kerja
6. Sebagai landasan untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan peralatan

B. SELEKSI
Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih karyawan yang palinmg tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon yang dapat ditariknya. Untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula, maka diperlukan suatu metode seleksi yang tepat pula.
Seleksi berhubungan erat dengan analisa jabatan. Hal ini terjadi karena karyawan atau pegawai yang diseleksi tersebut harus disesuaikan dengan analisa jabatan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun hal-hal yang diseleksi meliputi:
a. Pendidikan
b. Pengalaman
c. Pengetahuan
d. Kecerdasan
e. Kesehatan
f. Umur
g. Bakat
h. Kepribadian
i. Jenis kelamin, dan lain sebagainya
Setiap perusahaan harus dapat melakukan seleksi secara efeksif dan efisien, dengan demikian metode seleksi yang dilaksanakan tersebut harus dapat memilih atau menetapkan karyawan yagn paling tepat. Meskipun demikian amsalah efisiensi dalam pelaksanaan metode seleksipun perlu diperhatikan. Efisiensi di sini adalah dalam arti pengorbanan uang, energi, waktu dan sebagainya.
Dalam melakukan seleksi perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Seleksi harus efektif dan efisien
b. Seleksi harus memperhatikan peraturan dan ketentuan pemerintah yang berlaku
c. Petugas seleksi harus jujur dan efektif
d. Keahlian petugas seleksi tidak boleh diabaikan
e. Pengertian "orang yang tepat pada tempat yang tepat" harus diartikan secara dinamis
Bagaimanapun usaha kita dalam melakukan seleksi masih ada kemungkinan terjadi kekeliruan, maka perlu adanya masa percobaan untuk mengurangi resiko yang mungkin timbul.

C. LATIHAN
Latihan/training adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat emperbaiki dan memperkembangkan sikap tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Proses latihan dilaksanakan setelah terjadi penerimaan karyawan sebab latihan hanya diberikan pada karyawan dari perusahaan yang bersangkutan.
Sebenarnya peranan latihan saat ini makin menonjol setelah ada kecendrungan bagi perusahaan untuk menerima juga karyawan yang belum berpengalaman. Ini mungkin berdasarkan pertimbangan bahwa cara ini mungkin lebih baik. Ataupun mungkin pertimbangan bahwa usaha mendapatkan karyawan yang sudah berpengalaman agak sulit karena pada umumnya mereka sudah bekerja pada perusahaan yang lain.
Ada beberapa sasaran yang ingin dicapai dengan mengadakan latihan yang antara lain sebagai berikut:
a. Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik
b. Penggunaan bahan dapat lebih hemat
c. Penggunaan mesin dan peralatan diharapkan dapat lebih lama
d. Angka kecelakaan diharapkan lebih kecil
e. Tanggung jawab diharapkan lebih besar
f. Biaya produksi diharapkan lebih rendah
g. Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan latihan adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pengawasan
b. Meningkatkan rasa harga diri
c. Meningkatkan kerja sama antar pegawai
d. Memudahkan pelaksanaan mutasi dan promosi
e. Memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang
Dalam melaksanakan latihan, pasti memiliki efek samping yang timbul yang tidak diingini yaitu:
a. Hilangnya sebagian waktu yang produktif
b. Biaya yang terlalu tinggi
c. Harapan dari karyawan yang terlalu besar
d. Berpindahnya karyawan yang telah mendapat latihan.
Dalam pelaksanaan latihan tidak ada ketentuan secara mutlak mana yang lebih baik antara melaksanakan latihan/training sendiri atau menyerahkan latihan tersebut kepada pihak ketiga seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan pada saat ini. Karena semua itu tergantung pada situasi dan kondisi serta tujuan masing-masing.
Suatu metode yang tepat misalnya akan sia-sia apabila instrukturnya tidak dapat menyampaikan pelajaran-pelajaran dengan baik kepada mereka yang diajar. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan latihan kita harus hati-hati dalam memilih instruktur.

D. MUTASI
Mutasi adalah merupakan suatu kegiatan rutin dari suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan prinsip "the right man on the right place". Dengan demikian mutasi yang dijalankan oleh perusahaan agar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan mutasi antara lain dapat didasarkan kepada alasan yaitu: kemampuan kerja, rasa tanggung jawab, kesenangan dan sebagainya. Agar mutasi dan pemindahan yang kita laksanakan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi maka perlu adanya evaluasi pada setiap pekerja terus menerus secara obyektif.
Untuk pelaksanaan harus didasarkan pada pertimbangan yang matang, sebab bila tidak demikian maka mutasi yang dilakukan itu bukannya merupakan tindakan yang menguntungkan tetapi justru merugikan perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan mutasi maka perusahaan tersebut harus mengusahakan sedemikian rupa, sehingga mutasi tersebut tidaklah dirasakan sebagai suatu hukuman oleh karyawan yang bersangkutan.
Dalam rangka usaha untuk memacu persaingan sehat agar para karyawan lebih berprestasi dalam kerjanya, maka kita dapat melaksanakan mutasi agar persaingan sehat dpat tercapai. Dalam rangka tujuan jangka panjang, maka mutasi hendaknya ditujukan untuk persiapan daloam pelaksanaan promosi, sehingga untuk itu pemilihan orang yang akan dipromosikan adalah kader-kader yang akan dipromosikan.
Karena pelaksanaan mutasi menyangkut bidang-bidang lain secara berantai, maka dalam melaksanakan mutasi hendaknya secara terkoordinir.

E. PROMOSI
Promosi dan mutasi adalah kedua-duanya merupakan pemindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain. Promosi adalah proses kegiatan pemindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain yang lebih tinggi.
Pada umumnya promosi selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya, dan pada umumnya promosi juga diikuti oleh peningkatan income serta fasilitas-fasilitas yang lain. Dalam pelaksanaan promosi harus memperhatikan syarat-syarat tertentu antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, loyalitas, kejujuran dan sebagainya.
Agar promosi yang dilakukan tidak terjadi kesalahan maka evaluasi harus dilakukan secara rutin, lengkap dan obyektif, dan agar dalam pelaksanaan promosi moral yang tinggi selalu dapat terjaga,maka hendaknya dapat selalu ditetapkan syarat-syarat promosi yang tegas dan jelas.
Pelaksanaan promosi juga memiliki efek samping, yang kadang kala tidak bisa dihindarkan. Adapun efek samping tersebut yaitu:
a. Timbulnya kesalahan dalam promosi
b. Adanya ras iri hati antar pegawai yang dipromosikan dengan yang tidak dipromosikan
c. Berkesan pelaksanaan promosi yang dipaksakan
Adapun syarat-syarat yang perlu ditetapkan dalam melaksanakan promosi yaitu:
a. Pengalaman
b. Tingkat pendidikan
c. Loyalitas
d. Kejujuran
e. Tanggung jawab
f. Kepandaian bergaul
g. Prestasi kerja
h. Inisiatif dan kreatif
Syarat-syarat promosi ini harus dinyatakan secara tegas. Untuk dapat dipromosikan maka perlu setiap karyawan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat-syarat tesebut hendaknya menjamin kestabilan perusahaan dan mampu meningkatkan moral kerja dari para karyawannya. Selain itu dengan penetapan syarat-syarat yang tegas dan jelas, akan dapat mencegah dan meminimalkan kemungkinan timbulnya pilih kasih di dalam melaksanakan promosi.

F. KOMPENSASI
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Kompensasi ini adalah merupakan masalah yang penting karena justru adanya kompensasi seseorang mau menjadi karyawan dari suatu perusahaan tetentu.
Masalah kompensasi bukan hanya penting karena merupakan dorongan utama seseorang menjadi karyawan, tetapi besar pula pengaruhnya terhadap semangat dan kegairahan kerja mereka. Agar kompensasi yang diberikan mempunyai dampak yang positif maka minimal jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal, serta sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku.
Selain harus dapat memenuhi kebutuhan minimal, maka kompensasi yang diberi hendaknya dapat mengikat mereka, sebeb dengan demikian peraturan keluar masuknya karyawan dapat ditekan sekecil mungkin. Kompensasi yang diberikan harus mampu pula meningkatkan semangat dan kegairahan kerja, sehingga efektivitas dan efisiensi karyawan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja maka dalam menetapkan jumlah kompensasi haus selalu bersifat dinamis, artinya sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.
Suatu kompensasi yang dirasakan tidak adil dapat menimbulkan keresahan dengan akibatnya, meskipun dibandingkan dengan perusahaan yang lain jumlah kompensasi yang diberikan telah lebih tinggi.
Biasanya kompensasi yang diberikan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yaitu:
a. Berat ringannya pekerjaan
b. Sulit mudahnya pekerjaan
c. Besar kecilnya resiko pekerjaan
d. Perlu tidaknya keterampilan dalam pekerjaan

G. SEMANGAT DAN KEGAIRAHAN KERJA
Semangat dan kegairahan kerja pada hakekatnya adalah merupakan perwujudan dari moral yang tinggi. Bahkan ada yang mengidentikan atau menterjemahkan secara bebas, moral kerja yang tinggi adalah semangat dan kegairahan kerja.
Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat. Sedang kegairahan kerja adalah kesenangan kerja yang mendalam terhadap pekerjaan. Bahkan turunnya/rendahnya semangat dan kergairahan kerja sebenarnya dapat diketahui dengan jalan melihat indikasi-indikasi yang mungkin yang mungkin timbul yaitu antara lain turun/rendahnya produktivits kerja, tingkat absensi yang naik/tinggi dan sebagainya. Sebab turunnya semangat dan kegairahan kerja harus kita ketahui sebab dengan demikian dapat meningkatkan kegairah kerja.
Pada umumnya turunnya semangat dan kegairahan kerja karena ketidakpuasan pegawai/karyawan yang bersangkutan baik secara materi maupun non materi. Untuk dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja maka dapat dilakukan antara lain dengan dengan jalan: memberikan gaji cukup, memperhatikan kebutuhan rohani, memberikan kesempatan pada mereka untuk maju, sekali perlu menciptakan suasana santai, harga diri perlu mendapatkan perhatian, tmpatkan para karyawan pada posisi yang tepat, berikan kesempatan kepada mereka untuk maju, perasaan aman untuk menghadapi masa depan, usahan para karyawan memiliki loyalitas, pemberian insentif yang terarah, fasilitas yang menyenangkan dan sebagainya.

H. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian dapat terjadi setelah karyawan dapat diterima dalam perusahaan tersebut kemudian keluar atau dikeluarkan. Pemutusan hubungan kerja pada prinsipnya dapat terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak merasa rugi bilamana hubungan kerja tersebut dilanjutkan. Pemutusan hubungan kerja membawa akibat beban kewajiban pada perusahaan yang bersangkutan. Meskipun demikian tidak semua pemutusan hubungan kerja memberikan beban kewajiban kepada perusahaan.
Sebenarnya kalau kita meneliti secara lebih lanjut, maka pemutusan hubungan kerja bagaimanapun akibatnya akan tetap merugikan perusahaan atau instansi tersebut. Untuk memperkecil resiko akibat pemutusan hubungan kerja, maka perusahaan tersebut dapat melakukan masa percobaan pada karyawan yang telah diterimanya.
Sebenarnya alasan pemutusan hubungan kerja bukan hanya karena ketidakjujuran dari para karyawannya, tetapi juga alas an-alasan lain yang dianggap merugikan misalnya: ketidakmampuan bekerja, malas, pemabuk, tidak patuh, sering absen dan sebagainya. Pemutusan hubungan kerja ini menurut pandangan dari perusahaan akan menimbulkan kerugian yang lebih kecil daripada meneruskan hubungan kerja.




DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009. Manajemen Personalia.http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen.
Diakses pada hari Rabu, 24 Maret 2009 jam 20.00 WIB.

tanda-tanda keamanan pada makanan

Tanda “ ML” ini merupakan tanda nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Departemen Kesehatan/Badan POM), yang berarti makanan ini sudah sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan telah memiliki ijin edar.



Tanda “tanpa pengawet” berarti makanan ini dalam proses produksinya tidak menggunakan bahan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi.
Tanda “halal” berarti bahwa makanan ini sesuai dengan syariat Islam dan dalam produksinya tanpa menggunakan bahan yang mengandung lemak babi dan dalam penyembelihannya sesuai dengan syariat Islam.

Tanda “expired date” berarti tanggal yang menunjukkan makanan tersebut masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi.
Tanggal kadaluwarsa ini merupakan batas akhir makanan ini dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Tanda keamanan “keep refrigerator” ini merupakan tanda petunjuk cara penyimpanan makanan ini yang akan mempengaruhi sifat dan mutu produk pangan tersebut yaitu harus disimpan dalam kondisi beku.





Tanda “BPOM” merupakan tanda nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Departemen Kesehatan/Badan POM), yang berarti makanan ini sudah sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan telah memiliki ijin edar.
Tanda “halal” dan “MUI” berarti bahwa makanan ini sesuai dengan syariat Islam dan dalam produksinya tanpa menggunakan bahan yang mengandung lemak babi dan dalam penyembelihannya sesuai dengan syariat Islam.

Senin, 05 April 2010

Kesehatan Ternak

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi normal. Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Di lain pihak, keusakan mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan karena serangan penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan jaringan.

Ayam merupakan komoditi peternakan yang memiliki kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat pada umumnya. Seiring degan pesatnya pertumbuhan industri perunggasan khususnya ayam petelur, secara otomatis memerlukan perbaikan dan pengembangan manajemen untuk keberhasilan suatu usaha peternakan ayam petelur.

Tata laksana pengendalian penyakit adalah faktor penting yang terkait langsung dengan pelaku usaha peternakan, pada kenyataan dilapangan faktor tersebut cenderung mendapatkan perhatian yang kurang. Namun demikian dapat dilihat kenyataan di lapangan bahwa tata laksana pengendalian penyakit yang benar dalam peternakan ayam memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan usaha peternakan ayam. Ayam yang terkena penyakit sangat menurun produktifitasnya bahkan penyakit yang menular dapat mengakibatkan kematian ayam yang tinggi, dan akhirnya akan merugikan suatu usaha peternakan ayam.

1

Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Vaksin merupakan salah satu diantara berbagai cara yang efektif untuk melindungi individu terhadap serangan macam berbagai jenis penyakit tertentu. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak ini adalah :

a. Agar mahasiswa dapat membedakan ayam yang sakit dan sehat.

b. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis vaksin dan cara penggunaannya, serta mahasiswa dapat melakukan proses vaksinasi.

C. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak ini dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2009 bertempat di Kandang Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Ternak

Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun demikian usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan (Jahja dan Retno, 1993).

Penyakit coccidiosis dikenal juga dengan istilah penyakit berak darah. Coccidiosis disebabkan oleh protozoa genus Eimeria. Akibat penyakit coccidiosis ayam mengalami diare dan radang usus (enteritis). Coccidiosis menyerang ayam muda dan terjadi di bawah kondisi litter yang hangat dan kelembaban tinggi (litter basah).Coccidiosis menyebar dalam bentuk sel tunggal (oocysts) yang dikeluarkan melalui kotoran. Oocysts ini tidak bersifat infeksi dan dapat hidup di luar tubuh ayam selama 2-4 hari . Jika termakan ayam, oocysts akan menuju ke saluran usus. Di dalam usus oocysts akan berkembang dan membelah diri. Proses perkembangan tersebut membutuhkan waktu 4-7 hari. Coccidia menjadi parasit yang hidup di jaringan epitel dan saluran usus sehingga menyebabkan kerusakan dinding usus. Perusakan dinding usus disebabkan oleh jumlah oocysts yang terdaapt di saluran usus cukup banyak sehingga adanya proses perkembanagan oocysts akan menghancurkan sel-sel jaringan lebih banyak (Fadilah, 2008).

3

Penyakit cestodosis disebabkan oleh cacing pita Choanothaenia infundibulum yang terdapat di usus halus ayam dan kalkun. Panjang cacing pita dewasa bisa mencapai 20 cm. Gejala ayam yang terinfeksi cacing ini adalah ayam menjadi lesu, kurus dan terjadi gangguan syaraf. Cacing pita banyak terdapat di dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan penyumbatan pada usus halus tersebut (Anonimus, 2009).

Cacing pita adalah cacing pipih dorsoventral yang berbentuk pita memanjang dan memiliki segmen-segmen, merupakan parasit dalam saluran pencernaan. Cacing pita bersifat hermafrodit yaitu organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada setiap segmen dewasa. Bagian-bagian tubuh cacing pita terdiri dari skoleks, leher, dan strobilla. Skoleks dilengkapi dengan empat batil isap dan rostellum yang digunakan sebagai alat untuk menempel pada mukosa usus inangnya. Pada batil isap dan rostellum dilengkapi juga dengan kait-kait tetapi tergantung pada spesiesnya. Bagian leher adalah bagian yang paling aktif dalam pembentukan segmen baru. Strobilla adalah bagian tubuh cacing pita yang paling besar yang terdiri dari segmen-segmen. Strobilla terdiri dari segmen muda, segmen dewasa dan segmen gravid. Pertumbuhan normal cacing pita dewasa memiliki tiga stadium perkembangan segmen yaitu muda (immature), dewasa (mature) dan gravid. Segmen muda memiliki ciri morfologi yaitu adanya perkembangan awal dari organ reproduksi, sedangkan segmen dewasa perkembangannya sudah sempurna dan lengkap. Morfologi segmen dewasa sering digunakan sebagai salah satu kriteria untuk mengidentifikasi cacing pita. Segmen gravid membentuk kantung-kantung yang penuh berisi telur. Segmen gravid akan mengalami proses destrobilisasi dan keluar bersama-sama tinja inang definitif. Tinja inang inilah yang menjadi pembawa sumber infeksi yang sangat potensial (Retnani, 2007).

Pengendalian penyakit ayam, pengertian dan ruang lingkupnya. Dalam usaha peternakan ayam dikenal ada tiga perangkat utama yang menentukan kesuksesan usaha yaitu penggunaan bibit unggul, pemberian ransum yang bermutu, pelakasanaan tata laksana secara efisien, dan pengendalian penyakit secara benar dan tepat (Sudarmono, 2003).

Ayam yang sehat antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut, posisi berdiri terlihat normal tidak lumpuh (bengkak atau bengkok pada kaki dan sayap), kepala dan wajah tampak normal (tidak bengkak), tidak keluar lendir dari hidung, warna pial dan jengger terlihat bersih atau kering tidak ada perubahan warna, dan bulu di sekitar kloaka terlihat bersih atau kering tidak lengket oleh kotoran ayam (Anonimus, 2009).

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh ternak, umumnya berupa berbagai jenis cacing dalam saluran pencernaan. Semua jenis umur ayam memungkinkan terserang endoparasit. Gejalanya adalah ayam lesu, pucat, kondisi tubuh menurun, dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi. Apabila ayam mati dibedah, pada saluran pencernakannya terdapat banyak cacing dan terjadi kerusakan pada organ-organ lainnya. Pertumbuhan ayam muda pun terhambat serta produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun (Sundaryani, 2007).

B. Vaksinasi

Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangasang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang. Apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus segera menghubungi dokter hewan untuk melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan akan menetukan apakah vaksinasi ulang perlu dilakukan (Akoso, 1993).

Cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes, suntik/injeksi, melalui air minum, wing-web, dan semprot. Melalui tetes yaitu dengan tetes mata, hidung, atau mulut. Melalui injeksi yaitu subcutan/dibawah kulit dan intra muscular/dalam daging atau otot. Melalui air minum adalah dengan mencampur vaksin dengan air minum, agar efektif ternak dipuasakan dahulu selama 2 jam sehingga air mengandung vaksin dapat segera dikonsumsi. Injeksi subcutan dilakukan dengan memberikan vaksin di daerah leher dengan jarum tidak masuk ke daging melainkan berada diantara daging dan kulit. Dan cara terakhir adalah semprot, cara ini harus dilakukan ketika tidak ada angin sedang berhembus ke kandang, sehingga virus dalam vaksin akan terbang keluar, tidak dihirup oleh ayam. Menurut penelitian terakhir cara inilah yang terbaik (Rasyaf, 1994).

Anak ayam umur 2-16 minggu (mendekati dewasa kelamin) rawan terhadap penyakit Marek's. Walaupun dapat juga menyerang unggas lain seperti puyuh, kalkun dll, namun vaksinasi pasda unggas tersebut tidak lumrah. Ayam dan kalkun dapat diimunisasi terhadap NCD (New Castle Disease). Vaksin aktif dengan virus lemah dianjurkan melalui berbagai cara., seperti melalui air minum, tetes mata, tetes hidung, atau semprot. Sedangkan vaksin inaktif dianjurkan untuk pullet melalui vaksinasi injeksi intramuscular atau subcutan (Jacob et al., 2006).

Vaksin untuk melawan ND biasanya dibuat dari virus jenis ringan (lentogenic) dan sedang (mesogenic). Vaksin ini akan memberikan proteksi terhadap semua bentuk ND. Cara melakukan vaksinasi dengan tetes mata (intra ocular) yaitu melaksanakan vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Vaksinasi ND melalui suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin ke dalam daging, biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang disuntikkan bisa berupa vaksin live atau vaksin killed (Fadilah et al., 2007).

Jenis-jenis vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif / vaksin kill (vaksin yang mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibody (zat penolak) sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan, vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik (Sundaryani, 2007).

Pemberian vaksin ND ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit New Castle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada dada (Anonimus, 2009).

III. MATERI DAN METODE

A. Kesehatan Ternak

1. Materi

a. Ayam hidup

b. Pinset

c. Pisau

d. Gunting

e. Tissue

f. Jarum pentul

g. Kapas

h. Ether

2. Metode

a. Memberi ether pada kapas, kemudian menempelkannya pada hidung ayam sampai ayam pingsan

b. Setelah ayam pingsan, kemudian membelah ayam pada bagian perut, sayap difiksasi terlebih dahulu

c. Mengamati organ-organ ayam yang telah dibelah

d. Mengamati tiap organ ayam bentuk dan warnanya

e. Mencatat hasil pengamatan

B. Vaksinasi

1. Materi

a. Automatic injection

b. Alat penggores

c. Spuit

d. Kapas

e. Alkhohol

f. Vaksin cacar

g.

7

Vaksin ND

h. Vaksin ND La Sota

i. Vitamin, obat, dan anti parasit

2. Metode

a. Mempersiapkan automatic injection

b. Memasukkan vaksin ke automatic injection

c. Mempersiapkan ayam yang akan divaksin

d. Menyuntikkan vaksin ke daerah intramuscular dari ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kesehatan Ternak

1. Hasil

Tabel 1. Pengamatan eksterior

Nama Organ

Keterangan

Penyakit

Mata

Bening

-

Bulu

Halus, mengkilap

-

Hidung

Normal

-

Sikap

Lincah

-

Gerakan

Lincah

-

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 2. Pengamatan organ dalam

Nama Organ

Warna

Bentuk

Penyakit

Lidah

Tenggorokan

Kerongkongan

Tembolok

Proventrikulus

Duodenum

Usus Halus

Usus Besar

Ceca

Pankreas

Hati

Empedu

Ginjal

Limpa

Merah

Merah muda

Putih

Kuning

Merah muda

Merah

Merah

Merah

Merah pucat

Kuning kemerahan

Merah muda

Hijau tua

Merah tua

Merah

Runcing

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

-

-

-

-

Terdapat cacing pita

Terdapat cacing pipih

-

-

-

-

-

-

-

Sumber : Laporan Sementara

2. Pembahasan

9

Pada praktikum kesehatan ternak ini dapat dilihat pada beberapa organ dalam keadaan normal seperti pada: lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, usus besar, ceca, pancreas, hati, empedu, ginjal, dan limpa. Tetapi pada bagian duodenum terdapat cacing pita dan usus halus terdapat cacing pipih. Cacing pita tersebut menyebabkan penyakit Cestodosis, sedangkan cacing pipih menyebabkan penyakit Coccidiosis.

Pada unggas yang terserang cacing pita akan mengalami kekurusan, kelesuan, dan anemia yang pada akhirnya akan diikuti dengan merosotnya produksi. Siklus hidup cacing pita yang juga dikenal dengan cestoda pada unggas umumnya melewati inang perantara/vektor seperti kepiting, kutu air, crustacea dan katak (unggas air). Sedang pada unggas darat (ayam) lebih sering menggunakan inang perantara insekta terbang (lalat, kumbang) dan cacing tanah. Karena vektor yang berupa insekta terbang inilah yang menjadikan cacing pita mudah tersebar secara luas. Selain itu, telur-telur cacing pita pada umumnya mempunyai kemampuan yang hebat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Melihat akibat yang ditimbulkannya cukup merugikan, peternak perlu mewaspadai serangan cacing pita tersebut (Anonimus, 2009).

Menurut F.X Suwarta (1990) yang disitasi oleh Anonimus (2009) pada beberapa spesies cacing pita yang biasa menyerang unggas dan sering ditemukan di daerah tropis, yaitu: Davainea proglotina. Ukuran cacing ini sangat kecil, dengan panjang 0,5-3 mm dan mempunyai 3-9 proglotid. Telur-telur yang dihasilkan berada dalam parenkim dari segmen-segmennya yang telah masak. Ukuran telurnya berdiameter 30-40 mikron. Segmen yang mengandung telur yang masak akan dilepaskan bersama-sama dengan feses, dan telurnya akan bersifat aktif pada rumput. Telur-telur tersebut dapat termakan oleh siput/bekicot, dan kemudian berkembang dalam tubuh bekicot. Untuk unggas yang terserang cacing pita cukup efektif jika diobati dengan senyawa tin. Di N-butyl tin dilaurate dengan dosis 250 mg dalam pakan yang diberikan selama 48 jam sangat efektif untuk memberantas raillietina. Untuk amoebotaenia dan davainea dengan menggunakan dosis 500 mg per kg pakan.

B. Vaksinasi

1. Hasil

Tabel 3. Macam-macam vaksin dan obat-obatan

Vaksin

Dosis

Cara pemberian

ND

1 tetes

Tetes mata

Cacar

ND La Sota

1 goresan

3 ml

Digores pada sayap

Disuntikkan pada paha

B Kompleks

Biosolamin

3 ml

3 ml

Injeksi intramuskular

Injeksi intramuskular

Sumber : Laporan Sementara

2. Pembahasan

Pencegahan suatu penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Vaksinasi merupakan salah satu di antara berbagai cara yang efektif untuk melindungi individu terhadap serangan berbagai macam penyakit tertentu. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan: ternak harus sehat, jenis dan tipe vaksin, umur ternak dan cara atau metode dalam melakukan vaksinasi, perlakuan terhadap vaksin dan penanganan ternak sebelum dan setelah vaksinasi. Pada praktikum yang dilakukan vaksin yang digunakan antara lain : ND (tetes dan injeksi) dan cacar. Untuk hewan besar diberi vitamin berupa B- kompleks dan Biosolamin.

Vaksin ND ini digunakan untuk mencegah penyakit New Castle Disease dan Infectious Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada dua cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian paha. Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan divaksin. Untuk pemberian vaksin ND secara tetes biasanya dilakukan pada anak ayam di tempat penetasan atau pada masa brooding (masa penghangatan) di kandang. Vaksin dilarutkan sesuai dengan konsentrasi dan dosis yang disyaratkan vaksin harus benar-benar mengenai mukosa mata. Pelarut dituangkan ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari botol tersebut, botol lalu ditutup dan dikocok sampai rata (dengan cara goyangkan dengan arah seperti angka delapan). Selanjutnya diteteskan pada mucosa mata 1 tetes/ ekor sesuai dengan konsentrasi. Vaksin ND dapat juga diberikan dengan penyuntikan pada intramuscular dada dan sub kutan. Vaksin tersebut adalah vaksin ND La Sota. Dosis untuk vaksin ND La Sota adalah 3 ml per ekor dan tidak tergantung dari berat dan umur ayam. Vaksin ini diberikan dalam jangka 1 tahun sekali.

Jenis-jenis vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif / vaksin kill (vaksin yang mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibody (zat penolak) sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan, vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik (Sundaryani, 2007).

Fowl Pox penyebab virus dari famili Pox. Gejalanya terdapat bungkul cacar pada hidung, pial, dan telinga serta terjadi peradangan pada mulut. Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi. Vaksinasi Wing Web (tusuk sayap) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pelarut (khusus untuk jenis vaksin tersebut) dituangkan ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari botol tersebut. Botol lalu ditutup, dikocok sampai rata.

b. Larutan vaksin dituangkan ke dalam pelarut, lalu botol ditutup dan dikocok rapat.

c. Jarum penusuk yang sudah disediakan dicelupkan ke dalam larutan vaksin.

d. Lipat sayap ditusuk dari arah sebelah dalam ke arah luar sampai tembus. Hati-hati jangan samapai menusuk pembuluh darah, tulang, dan otot (daging) ayam.

(Sundaryani, 2007).

Dalam praktikum, pada vaksinasi fowl pox dilakukan pada ayam umur 10 minggu. Vaksinasi dilakukan dengan cara:

1. Mensterilkan jarum penusuk terlebih dahulu.

2. Melarutkan vaksin ke dalam botol pelarut dengan mengocoknya.

3. Mencelupkan jarum penusuk pada larutan vaksin.

4. Menggoreskan jarum penusuk pada lipatan sayap ayam.

Pemberian vaksin ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.

Pada hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex dan biosolamin. Metode injeksi tersebut pada daerah sub cutan atau intra muscular. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak dan protein, imunitas, menambah nafsu makan, dan membantu tumbuh kembang. Dosis yang diberikan sekitar 3 ml per ekor. Biosolamin juga dilakukan dengan cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin sebagai penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis melahirkan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah sebagai berikut:

a. Pada organ lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, usus besar, ceca, pancreas, hati, empedu, ginjal, dan limpa dalam keadaan normal.

b. Pada bagian duodenum terdapat cacing pita dan usus halus terdapat cacing pipih.

c. Cacing pita menyebabkan penyakit Cestodosis, sedangkan cacing pipih menyebabkan penyakit Coccidiosis.

d. Pemberian vaksinasi pada unggas dilakukan dengan tiga cara, antara lain : tetes mata, injection dan goresan. Pemberian vaksin cacar Fowl Pox dilakukan dengan cara digores pada bagian lipatan sayap. Pemberian vaksin ND dilakukan 2 cara yaitu tetes mata dan injection.

e. Pemberian vaksin Fowl Pox berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox. Vaksin ND untuk mencegah penyakit Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

f. Pada hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex dan biosolamin.

g. Fungsi dari pemberian B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, menambah nafsu makan dan membantu tumbuh kembang. Fungsi dari pemberian biosalamin sebagai penguat otot.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai pertimbangan untuk praktikum selanjutnya adalah :

a. Sebaiknya teknik penyuntikan dilakukan tiap mahasiswa agar mahasiswa lebih mengerti tekniknya.

b.

14

Sebaiknya peralatan dan bahan yang disediakan lebih lengkap lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anonim. 2009. Waspada Cacing Pita pada Unggas. http://www.poultryindonesia.com/. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009.

. 2009. Kasus Cacingan pada Ayam. http://infovet.blogspot.com/2009_10_26_archive.html. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009.

. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Cestodosis Pada Ayam Buras. http//.poultryindonesia. com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009.

Fadilah et al., 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Fadilah, Roni dan Agustin Polana. 2008. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia. Jakarta Selatan.

Jahja dan Retno. 1993. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung.

J.P. Jacob, G.D. Butchaer, and F.B. Mather. 2006. Vaccination of Small Poultry Flock . University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences (UF/IFAS) . Florida.

Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius . Yogyakarta.

Rasyaf, M . 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadana. Jakarta.

Retnani E & Hadi UK. 2007. Beberapa aspek Cestodosis dan Peran Serangga yang Berpotensi Sebagai Inang Antaranya pada Ayam Petelur [Laporan Akhir Penelitian]. Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penebar Swadaya . Jakarta.

Sundaryani, T. 2007. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar 1. Vaksinasi ND

Gambar 2. Vaksinasi ND La Sota

Gambar 3. Cacing pita pada usus halus penyebab penyakit Cestodosis

Gambar 4. Cacing pipih pada usus halus penyebab penyakit Coccidiosis

Ga

Gambar 5. Vaksin yang digunakan pada praktikum

Gambar 6. Peralatan untuk vaksinasi

Gambar 7. Pemberian vitamin pada kambing dan sapi