Sabtu, 02 April 2011

Hormon

BAB I
PENDAHULUAN

Hormon (dari bahasa Yunani, yang berarti "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Definisi dari hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi hormon. Hormon berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu (Anonim, 2011).
Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi rendah hingga menuju ke organ atau sel target. Beberapa hormon membutuhkan substansi pembawa seperti protein agar tetap berada di dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang disebut dengan reservoir hormon supaya kadar hormon tetap konstan dan terhindar dari reaksi penguraian kimia. Saat hormon sampai pada sel target, hormon harus dikenali oleh protein yang terdapat di sel yang disebut reseptor. Molekul khusus dalam sel yang disebut duta kedua (second messenger) membawa informasi dari hormon ke dalam sel.
Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi, termasuk diantaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.





















BAB II
PEMBAHASAN

Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel (Faisal, 2011).
Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh (glandula endrokrin) yang langsung dicurahkan masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke jaringan tubuh untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya (Sturkie, 1987).
Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ sasaran yang ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu untuk menghasilkan zat atau perubahan-perubahan sebagaimana yang telah diprogramkan secara genetik (Nalbandov, 1964).
Ciri- ciri dari hormon adalah:
1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah sangat kecil.
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa sel target berlainan (Faisal, 2011).
Faktor yang mempengaruhi kerja hormon pada organ sasaran :
1. Kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kelenjarnya.
2. Sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein).
3. Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak reseptornya.
4. Kecepatan degradasi hormon.
5. Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi bentuk yang aktif.
6. Jarak
Perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas pada organ sasaran.
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel.
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
1. Golongan Steroid → turunan dari kolestrerol.
2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat.
3. Golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil → Thyroid, Katekolamin.
4. Golongan Polipeptida/Protein → Insulin, Glukagon, GH, TSH.
Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon:
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
Berdasarkan lokasi reseptor hormon:
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)
Berdasarkan sifat sinyal yang mengantar kerja hormon di dalam sel: kelompok hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Wijaya, 2008).
Kelenjar-kelenjar tiroid yang penting adalah: hypothalamus, hypophysis pituitary, thyroid, parathyroid, pancreas (pulau Langerhans-Pancreas), adrenal (medula dan korteks), gonad (ovari dan testes), thymus, dan membrana mukosa usus.













1. Hypothalamus
Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau glandula pytuitaria (salah satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan struktur-struktur lainnya yang berkaitan (Mukhtar, 2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Bagian posterior dengan mammilary bodies
b. Bagian dorsal dengan thalamus
c. Bagian ventral dengan sphenoid bone


Hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus :
a. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Berfungsi: melepaskan LH dan FSH.
b. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH). Berfungsi: melepaskan TSH.
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Berfungsi: melepaskan ACTH.
d. Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH). Berfungsi: melepaskan STH.
e. Somatotropin Inhibitory Hormone (STH-IH). Berfungsi: menghalangi STH yang keluar.
f. Prolactin Releasing Hormone (PRH). Berfungsi: melepaskan prolaktin.
g. Prolactin Inhibitory Hormone (PIH). Berfungsi: menghalangi prolaktin keluar.
Pada kelenjar hipothalamus memiliki tipe hormon protein. Kelenjar hypothalamus berfungsi untuk menstimulasi adenohypophysys untuk melepaskan hormon-hormonnya (Ensminger, 1992 : Kartasudjana, 2006).

2. Hypophysis (Glandula Pituitaria)
Glandula pituitaria merupakan suatu kelenjar bilobi, yang menghasilkan bermacam-macam hormon yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh, dan oleh karena itu sering disebut sebagai master control glands. Sebagai kelenjar endokrinon. Kelenjar hypophisa terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang dikenal sebagai sella turcica. Kelenjar tersebut mensekresikan sejumlah besar hormon-hormon, beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan reproduksi.
Glandula pituitaria (hypophisis) merupakan suatu kelenjar yang rangkap yang terdiri dari:
1. Lobus anterior dan pers intermedia, yang embryologis berasal dari suatu kantong yang terbentuk pada atap mulut (kantong rathke). Glandula pituitaria bagian depan menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut:
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi :
• Merangsang pertumbuhan folikel ovarium.
• Sebagai substansi yang mengawali siklus birahi.
• Merangsang pemasakan folikel sampai folikel de graff tetapi tidak menyebabkan ovulasi.
• Perbedaan dengan hormon LH bertanggung jawab terhadap perbedaan lama birahi dan waktu ovulasi ternak sapi, domba, babi, dan kuda.
• Pada unggas betina berfungsi bagi pemasakan folikel (yolk), dan spermatogenesis pada unggas jantan.
b. Hormon LH (Luteinezing Hormone). Berfungsi:
• Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus luteum).
• Merangsang pertumbuhan corpus luteum.
• Penting untuk proses ovulasi.
• Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
• Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak untuk memproduksi estrogen.
• Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga menyebabkan ovulasi.
• Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel (yolk) pada bagian stigma agar terjadi ovulasi. Pada unggas jantan berperan bagi perkembangan testis.
c. Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) /Prolactin. Berfungsi:
• Bersama-sama dengan hormon LH merangsang sel theca dalam corpus hemorragicum untuk membentuk corpus luteum dan pembentukan progesterone oleh corpus luteum.
• Mempertahankan fungsi corpus luteum.
• Pada unggas betina menyebabkan sifat mengeram, dan menimbulkan sekresi susu tembolok pada merpati.

d. Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Berfungsi:
• Mengawasi grandula/kelenjar thyreidea.
• Mengawasi pengambilan iod oleh thyroid.
• Sintesa thyroxine dari diidotyrosine .
e. Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone). Berfungsi:
• Stimulasi adrenal cortex.
• Pelepasan adreno corticoid.
f. Hormon MSH (Melanotropin). Berfungsi:
• Memegang peranan dalam perubahan warna kulit (Partodihardjo, 1980).
2. Lobus posterior yang berasal dari encephalon.
a. Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone). Berfungsi:
• Merangsang keaktifan otot-otot polos vesica urinaria (kandung kemih) dan vesica ellia (kantong empedu).
• Menaikkan tekanan darah yang menimbulkan contricsi arteri yang kecil.
• Pengurangan sekresi urin.
b. Hormon Oxytocin. Berfungsi:
• Menimbulkan kontraksi uterus.
• Mengeluarkan susu dari glandula mammae.

3. Thyroid
Kelenjar thyroid terdapat pada semua vertebrata, jumlahnya sepasang yang merupakan lobus yang berbentuk perisai yang saling dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri (Haqiqi, 2008).
Kelenjar Thyroid menghasilkan hormon tyroxine dan triiodotyroxine yang berfungsi:
a. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
b. Mempertahankan sekresi GH (Growth Hormone) dan gonadotropin.
c. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
d. Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
f. Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung (Haqiqi, 2008).
g. Mempengaruhi laju metabolisme, mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna (Ensminger, 1992).

4. Parathyroid
Kelenjar parathyroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar parathyroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon parathyroid atau parathormon disingkat PTH.
Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone), yang berfungsi PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon ini pun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran fosfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum.

5. Pancreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut (Anonim, 2011). Kelenjar pancreas menghasilkan hormon:
a. Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar, dan efeknya pada metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan dengan hormon insulin.
b. Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, sehingga apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes mellitus.
(Kartasudjana, 2006).
Pada hormon insulin akan mengakibatkan berbagai efek pada beberapa bagian tubuh, seperti:
• Efek pada hati:
- Membantu glikogenesis
- Meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, dan VLDL
- Meningkatkan sintesis protein
- Menghambat glikogenolisis
- Menghambat ketogenesis
- Menghambat glukoneogenesis
• Efek pada otot:
- Membantu sintesis protein dengan :
. Meningkatkan transport asam amino
. Merangsang sintesis protein ribosomal
- Membantu sintesis glikogen
• Efek pada lemak:
- Membantu penyimpanan trigliserida
- Meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak
- Menghambat lipolisis intraseluler
(Wijaya, 2008).

6. Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala sebagai berikut: timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri (Faisal, 2011).
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang merupakan tipe hormon steroid. Hormon aldosterone berfungsi untuk metabolisme elektrolit dan air. Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar medulla.
a. Cortex. Menghasilkan hormon corticosteroids dan catecholamines. Berfungsi untuk metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
b. Medulla. Menghasilkan hormon:
• Adrenaline (Epinephrine). Berfungsi: menimbulkan respon syaraf simpstetik.
• Noradrenalisne (Norapinephrine). Berfungsi: transmitter syaraf.
(Kartasudjana, 2006).

7. Thymus
Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian bawah tracea. Pada anak-anak kelenjar ini agak besar, tetapi pada waktu pubertas antara 12-17 tahun, akan mengalami regressi/kemunduran.
Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin daripada thymus ini, pada tikus, thymus membentuk suatu substansia yang akan memasuki kelenjar-kelenjar lymphe dan menimbulkan terbentuknya lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu berperan dalam menimbulkan imunitas.

8. Membrana Mukosa Usus
Membrane mukosa usus yang membatasi ventriculus dan intestinum tenue menghasilkan beberapa hormon. Pada vantriculus dihasilkan gastrin yang merangsang sekresi enzim atau cairan gastricus.
Pada intestinum tunue dihasilkan:
a. Secretine. Berfungsi: merangsang sekresi enzim-enzim pancreas pada waktu makanan yang telah diperlunak dari ventriculus masuk ke duodenum.
b. Enterogastrone. Berfungsi: mengurangi sekresi dan mortilitas ventriculus pada waktu hormon ini dibawa oleh darah kedalam ventriculus.
c. Cholecystikinin. Berfungsi: menyebabkan kontraksi vesica vellia untuk mencurahkan bilus yang telah ditimbunnya dalam intestinum tenue. Homon ini dilepaskan dari mocosa intestinalis oleh makanan-makanan yang berupa lipid.

9. Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen. Yang paling potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut fungsi-fungsi dari testosterone:
• Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi.
• Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar prostate, vesikularis, dan bulbourethralis.
• Merangsang pertumbuhan sifat jantan (Partodihardjo, 1980).
• Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium, dan pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
• Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi (Toelihere, 1985).

10. Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan relaxin. Estrogen dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan relaxin adalah polipeptida. Estrogen dan progesterone dibicarakan secara mendetail dibagian hormon steroid (Partodihardjo, 1980).


a. Estrogen.
Hormon estrogen disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf. Jaringan ini kaya akan estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama phase estrogenic dari siklus birahi (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon estrogen adalah:
• Menimbulkan tanda-tanda birahi.
• Memperlancar peredaran darah dan perkembangan saluran kelamin.
• Menunjang pertumbuhan sistem pembuluh kelenjar susu.
• Bila sekresi estrogen mencapai ketinggian tertentu maka sekresi FSH akan menurun dan saat itulah LH meningkat terus sampai puncak.
• Setelah ovulasi terjadi estrogen menurun dan FSH kembali normal dan berangsur-angsur meningkat.
• Antara estrogen dengan FSH terjadi mekanisme saling ketergantungan.
b. Progesteron
Progesteron adalah progesteron alamiah terpenting yang disekresikan oleh sel-sel lutein corpus luteum. Disamping itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta. Sebagaimana steroid-steroid lainnya, progesteron tidak disimpan didalam tubuh, ia dipakai secara cepat atau diekskresikan dan hanya terdapat dalam konsentrasi rendah didalam jaringan-jaringan tubuh (Toelihere, 1985).
Fungsi hormon progesteron adalah:
• Penting untuk mempertahankan kebuntingan.
• Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu.
• Pengental lendir birahi untuk sumbat cervix.
• Menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan uterus terhadap pengaruh estrogen dan oxytocin.


c. Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama disintesa dan dilepaskan kedalam peredaran darah. Fungsi dari relaxin yaitu menyebabkan relaxasi simfisis pelvis. Relaxasi ini lebih nyata jika sebelumnya hewan telah dijenuhkan dengan estrogen dan progesterone. Fungsi lain misalnya synergism dengan estrogen dan progesterone dalam merangsang pertumbuhan kelenjar susu (Partodihardjo, 1980).
Menurut Toelihere (1985) fungsi fisiologik relaxin terutama berhubungan dengan partus dan bekerja erat dengan estrogen. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
• Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada marmot dan mencit sesudah pemberian estrogen. Fungsi ini memudahkan keluarnya foetus pada waktu partus.
• Relaxin menimbulkan dilatasi cervix uteri pada babi, sapi, tikus, dan mencit dan mungkin pada manusia sesudah penyuntikan pendahuluan dengan estrogen dan progesteron. Sekali lagi fungsi ini mempermudah keluarnya foetus pada saat partus.
• Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu menghambat kontraksi uterus.
• Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama estrogen relaxin menyebabkan pertumbahan pertumbuhan uterus.
• Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan kelenjar mammae bila diberikan bersama estradiol dan progesterone.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Kelenjar Hypothalamus menghasilkan hormon: Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH, Corticotropin Releasing Hormone (CRH), Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH), Somatotropin Inhibitory Hormone (STH-IH), Prolactin Releasing Hormone (PRH), Prolactin Inhibitory Hormone (PIH).
2. Kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus anterior menghasilkan: Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), Hormon LH (Luteinezing Hormone), Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) /Prolactin, Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone), Hormon ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone), Hormon MSH (Melanotropin), Hormon Oxytocin. Hormon dari kelenjar Hypophysis (Glandula Pituitaria) lobus posterior menghasilkan: Hormon Vasopressin/ADH (Antidiuratic Hormone) dan Hormon Oxytocin.
3. Kelenjar Thyroid menghasilkan Hormon: Tyroxine dan Hormon Triiodotyroxine.
4. Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Paratirod Hormone).
5. Kelenjar Pancreas menghasilkan Hormon Glucagon dan Hormon Insulin.
6. Kelenjar Adrenal dibagi menjadi dua kelenjar. Kelenjar Cortex menghasilkan hormon Corticosteroids dan Catecholamines. Kelenjar Medulla menghasilkan hormon Adrenaline (Epinephrine) dan Noradrenalisne (Norapinephrine).
7. Pada kelenjar Thymus terdapat fungsi endokrin.
8. Pada Intestinum tunue dihasilkan hormon: Secretine, Enterogastrone, dan Cholecystikinin.
9. Pada Testis memproduksi hormon jantan yang disebut androgen. Yang paling potensi dari androgen adalah Hormon Testosterone.
10. Pada Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu Estrogen, Progesterone, dan Relaxin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Hormon. http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon. Diakses pada tanggal 18 Februari 2011, pukul 18.54 WIB.

Faisal, Muhammad. 2011. Sistem Endokrin (Hormon). http://enslikopedi.blogspot.com/2011/01/sistem-endokrin-hormon.html. Diakses pada tanggal 18 Februari 2011, pukul 19.43 WIB.

Haqiqi, Sohibul H., 2008. Biosintesis Hormon Tiroid dan Paratiroid. Makalah Seminar, Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Kartasudjana, R dan Suprijatna, E., 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mukhtar, A., 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Press. Surakarta.

Nalbandov, A.V., 1964. Reproductive Physiology. 2nd Ed. W.H. Freeman & Co., SanFransisco.

Partodihardjo. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.

Sturkie, PD., 1987. Avian Physology, Fourt Ed. Springerverlag. New York. Berlin, Heidenberg, Tokyo.

Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Wijaya, I., 2008. Pengaruh Hormon Terhadap Ternak Kambing Perah. http://images.ibnuaza.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SG5XlQoKCh8AABPwduU1/elektifIB.doc?nmid=104120862. Diakses pada tanggal 18 Februari 2011, pukul 18.54 WIB.

Jumat, 07 Januari 2011

Kuliah Kerja Lapangan di PT. Medion Bandung

BAB I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Konsumsi protein hewani tersebut berasal dari berbagai macam daging Diantaranya daging sapi, daging domba, daging ayam maupun daging babi. Daging ayam merupakan pemasok daging paling besar sebab harganya relatif murah dibandingkan dengan daging yang lainnya.
Usaha di bidang peternakan saat ini sangat terbuka lebar karena kondisi alam yang memungkinkan dan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat. Saat ini banyak penternak yang bergerak dibidang peternakan ayam. Banyak di antara peternakan ayam yang menjalankan usaha hanya sebatas usaha sampingan (subsistem) dan dikerjakan secara tradisional belum memaksimalkan pemanfaatan teknologi budidaya ternak. Padahal melihat strategisnya bisnis peternakan ini sangat disayangkan. Selain itu, peternakan ayam yang modern dapat dilakukan untuk maksimalkan keuntungan. Peternak harus memahami hal ini sehingga mau tidak mau manajemen pemeliharaan secara modern harus dilaksanakan untuk mendukung keberhasilannya.
Manajemen pemeliharaan ayam ini dimulai sejak persiapan kandang sesuai persyaratan yang ada yang meliputi berbagai kelengakapan dari peralatan pemeliharaan ayam, pemberian pakan, dan vaksinasi secara teratur dan terencana. Selain itu juga harus diperhatikan penanganan dan pengendalian penyakit pada saat pemeliharaan dapat meningkatkan keuntungan dan efisiensi modal. Oleh karena itu PT. Medion Jaya Farm berusaha untuk membantu para peternak ayam dalam menyediakan produk siap pakai yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan seperti peralatan pemeliharaan ayam, obat dan vaksinasi.
B. Tujuan dalam kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah :
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Pelaksanakan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa diharapkan akan dapat mengetahui tentang berbagai jenis usaha di bidang peternakan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pelaksanakan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan ini, mahasiswa diharapkan akan mendapatkan pengetahuan tentang perusahaan di bidang peternakan, manajemen, kegiatan yang dilakukan perusahaan, dan sebagai gambaran tentang dunia kerja yang bisa kita dapatkan nantinya.
C. Manfaat
Kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan adalah memberikan pengetahuan tentang tata cara berusaha dibidang peternakan dan mengetahui cara mendirikan usaha.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Vaksin
Vaksin adalah suatu produk yang mengandung sejumlah oranisme (bibit penyakit tertentu yang menimbulkan kekebalan tubuh khusus terhadap penyakit tertentu. Vaksin dapat mengandung mikroorganisme yang telah mati (killed-virus) atau masih hidup (live –virus). Kemampuan live –virus untuk menumbuhkan daya tahan tubuh lebih tinggi dibandingkan killed-virus karena virus tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dalam tubuh unggas. Kekuatan killed-virus untuk merangsang produsi antibody unggas tergantung pada unit antigenic (sel-sel virus yang terkandung di dalam dosissi vaksin (Suprijatna dkk, 2005).
Vaksin ada dua macam, yaitub vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku. Vaksin aktif disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin aktif harus segera dipakai dalam jangka waktu dua jam setelah dilarutkan. Masa kadaluwarsa yang tertera dalam kemasan hanya berlaku jika vaksin disimpan pada suhu yang dianjurkan tersebut. Sedangkan vaksin inaktif harus disimpan pada suhu 8oC dan tidak boleh disimpan di freezer, karena vaksin akan rusak. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), melalui air minum dan suntikan (Retno, dkk, 2000).
Vaksin inaktif dapat bersifat tunggal (satu penyakit), tetapi dapat juga merupakan kombinasi dari beberapa penyakit yang diberikan melalui suntikan secara intramuscular atau subkutan. Beberapa keuntungan penggunaan vaksin inaktif adalah penyimpanannya yang lebih mudah dibandingkan dengan vaksin aktif. Vaksin inaktif tidak dipengaruhi oleh antibodi asal induk sehingga dapat digunakan untuk DOC. Sedangkan kekurangan vaksin inaktif adalah biaya produksi yang mahal dan dapat menimbulkan infeksi pada vaksinator jika terkena suntikan secara tidak sengaja (Rangga, 2000).
Menurut Tizard (1982), pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan cara menginaktifkan atau melemahkan organisme (atenuasi). Cara yang sederhana dari atenuasi termasuk pemanasan organisme sampai tepat di bawah titk kematian panasnya atau memaparkan organisme pada bahan kimia penginaktif ke batas konsentrasi subletal seperti penggunaan formalin atau formaldehida. Kemampuan vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi dibanding dengan vaksin in aktif karena virus akan berkembang biak didalam tubuh dan merangsang terbentuknya kekebalan secara cepat, sementara kekuatan vaksin in aktif merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada tergantung pada antigenik (sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada persiapan vaksinasi yaitu kondisi ayam yang akan divaksin sehat, jika terindikasi ayam sakit maka jadwal vaksinasi hendaknya ditunda dan segera menangani gejala yang timbul, setelah thawing vaksin hendaknya tidak dimasukkan ke dalam marina cooler yang suhunya 2-8oC karena bisa menurunkan potensi vaksin. Pada saat vaksinasi beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya pada vaksinasi via air minum, ayam dipuasakan air minum selama 1-2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi, tempat minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan dari brooder; Jika perlu vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari ayam yang tidak kebagian vaksin, tidak tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua ayam telah tervaksin dengan dosis yang sama. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin tetap dikocok secara periodic. Tidak boleh melakukan desinfeksi selama 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif (selain via injeksi) (Medion, 2009).

B. Obat-obatan
Ada dua cara mengatasi penyakit pada ayam, yaitu dengan program pengendalian dan pembasmian. Program pengendalian meliputi: menjauhkan ternak dari kemungkinan tertular penyakit yang berbahaya, meningkatkan daya tahan tubuh ternak dengan vaksinasi, pengelolaan dan pengawasan yang baik, dan melakukan diagnosis dini secara cepat dan tepat. Program pembasmian penyakit dapat dilakukan melalui: test and slaughter, yaitu apabila ternak dicurigai positif menderita penyakit pulorum, CRD atau lainnya harus dimusnahkan, test and treatment, bila diketahui ada penyakit dilakukan pengobatan, dan stamping out, yaitu bila terjadi kasus penyakit menular dan menyerang seluruh ayam di peternakan, maka ayam, kandang, dan peralatan harus dimusnahkan (Zainuddin dan Wibawan 2007).
Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh sel-sel tubuh ayam, kecuali vitamin C. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan dan produksi telur. Vitamin dibagi dua jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak (minyak). Vitamin yang larut dalam air ialah vitamin B1, B2, B6 dan C. Vitamin yang larut dalam lemak ialah vitamin A, D, E, dan K. Sediaan yang mengandung vitamin antara lain: Vita stress, Vita chicks dan Vita Strong (Retno, 2000).
Pemberian antibiotik atau antibakteri pada ternak ayam hanya bertujuan untuk mengobati infeksi sekunder oleh bakteri. Disamping itu, perlu juga dilakukan rehabilitasi paa jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin. Sanitasi atau desinfeksi perlu ditingkatkan untuk mencegah meluasnya infeksi pada kandang atau flok lainnya (Rangga, 2000).
Antibiotik memiliki kemampuan sebagai bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri dan bakteriosidal yang membunuh bakteri. Dari segi penyerapannya ada antibiotic yang diserap oleh usus dan ada juga yang tidak dapat diserap. Cara kerja antibiotic terhadap bakteri antara lain melalui mekanisme penghambatan dinding sel bakteri, perusakan membrane sel, penghambatan sintetis protein, penghambatan sintetis DNA, dan penghambatan pembentukan asam folat (Rangga, 2000).
Ayam yang menunjukkan cirri-ciri di luar ayam normal termasuk ayam sakit. Beberapa gejala umum yang sering dijumpai diantaranya adalah bulu terkulai dan kusam, diare, nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan produksi telur turun, kualitas kerabang buruk, serta suara tidak normal. Apabila ternak mengalami gejala demikian harus segera dilakukan pengobatan dengan pemberian zat makanan dan antibiotic (Suprijatna, 2005)


C. Peralatan
Kandang harus dilengkapi dengan peralatan, seperti tepat pakan, tempat minum, alat pemanas, alat penerangan, dan alat sanitasi atau kebersihan. Peralatan harus memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini terutama pemeliharaan dalam kandang sistem litter sebab ayam dipelihara secara berkelompok sehingga tempat pakan dan minum harus cukup agar tidak saling berebut. Apabila persediaan tempat pakan dan minum kurang, ayam yang peringkat sosialnya rendah kalah bersaing dan mengalami stress. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan atau produksinya terganggu (Suprijatna, 2005).
Peralatan yang digunakan pada pemeliharaan fase starter meliputi tempat pakan, tempat minum, termometer, ember, gelas takar dan lain-lain. Pengaturan tempat pakan dan minum yang tepat dapat memberikan efisiensi penggunaan pakan maupun minum. Dalam penempatannya tempat pakan dan minum pada pemeliharaan umur 1-3 diletakkan dibawah dan disusun melingkar secara berselang-seling antara tempat pakan dan minum, untuk pemeliharaan umur 5 minggu keatas peletakan tempat pakan dilakukan secara tergantung dengan ketinggian setinggi bahu ayam Termometer sangat diperlukan dalam induk buatan (brooder) untuk menentukan suhu ruangan yang ideal. Peralatan seperti kain lap,ember, dan gelas takar digunakan untuk alat pembersih dan pemberian minum (Imam, 2009).
Pembagian pakan dan dekatnya jarak tempat pakan (feeder) dengan unggas merupakan hal penting untuk mencapai target tingkat konsumsi pakan. Sistem pemberian pakan :
a. Tempat pakan manual; berbagai macam tempat pakan manual yaitu:
 tempat pakan memanjang (long feeder), dengan standar 5 cm/ekor
 tempat pakan bundar (round feeder), dengan standar 2 cm/ekor
 tempat pakan nampan (tray feeder), umumnya digunakan minggu pertama dengan standart pada hari I yaitu 1 nampan untuk 100 ekor .
b. Tempat pakan otomatis (Chain feeder dan pan feeder)
Tempat pakan nampan digunakan pada fase brooding yang secara perlahan-lahan diganti dengan tempat pakan gantung. Untuk mencegah pakan tumpah bentuk tempat pakan mempunyai “bibir” serta jeruji agar ayam tidak mengais pada tempat pakan; tinggi tempat pakan digantung tapi piringannya masih menempel di lantai; pengisian pakan sepertiga tinggi piringan (Setyawan, 2010).
Pemasangan tempat minum di dalam kandang sebaiknya jangan terlalu rendah, karena ayam akan mengalami kesulitan untuk mengadahkan kepalnya dalam meneguk air. Hal ini akan mengakibatkan ayam tidak dapat minum dengan cukup. Kurangnya air minum mengakibatkan produksi telur tidak maksimal. Tempat minum harus ditempatkan setinggi punggung ayam (untuk mkodel tempat minum gantung). Untuk kandang baterai, tempat minum ditempatkan lebih tinggi dari ransum (Retno, 2000).




BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan adalah di PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282 Bandung.
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 23 November 2010 di PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282 Bandung, pukul 09.00-12.00 WIB
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan dengan mengadakan observasi di PT. Medion, Jln. Babakan Ciparay No. 282 Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapang ini adalah:
1. Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung disertai pencatatan tentang berbagai hal yang dibutuhkan praktikan.
2. Wawancara
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pengelola perusahaan yang dianggap mengetahui tentang informasi yang dibutuhkan praktikan.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan
PT. Medion Jaya Farm Bandung merupakan salah satu perusahaan penghasil produk peternakan baik berupa vaksin, obat dan alat-alat peternakan. PT. Medion merupakan penghasil vaksin yang terbesar dan memiliki jaringan pemasaran yang luas termasuk Asia-Afrika. Perusahaan ini mulai didirikan pada tahun 1978 oleh Jonas Jahja yaitu seorang ahli farmasi, yang mengawali usaha ini sejak tahun 1969. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian memproduksi beberapa produk obat-obatan untuk ayam yang didistribusikan ke beberapa kota di Indonesia. Produk yang berkualitas tinggi dan dapat dipercaya menjadikannya sebagai perusahaan Indonesia yang mengkhususkan dalam produk-produk peternakan. Pada tahun 2000 sudah terbentuk 33 kantor perwakilan di dalam negeri meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan; dan tiga kantor perwakilan di luar negeri meliputi Asia Tenggara, Nepal dan China.
Kantor PT. Medion terletak 150 km sebelah selatan Jakarta, atau lebih tepatnya di daerah Bandung yaitu Jl. Babakan Ciparay no. 282 PO Box 1221, sedangkan untuk pabriknya berada di dareah Jl. Watujajar daerah Cimarende. Visi dari PT. Medion adalah menjadi pemain utama dalam industri peternakan di Indonesia dan Asia-Afrika sejalan dengan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan misinya adalah untuk memenuhi kebutuhan petani-peternak dengan menyediakan produk-produk peternakan yang berkualitas dan komplit dengan pelayanan yang terbaik dan peningkatan pengetahuan agar dapat meningkatkan usaha mereka.
Produk-produk yang dihasilkan telah diakui oleh beberapa peternak baik kecil maupun skala besar, para konsumen dapat melakukan claim atau keluhan mengenai produknya yang kemudian akan ditanggapi oleh pihak PT. Medion. Sehingga menjadikannya sebagai perusahaan penghasil produk-produk peternakan yang berkualitas dan terjamin. Sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai.
B. Struktur Organisasi
Adapun PT. Medion mempunyai skala usaha internasional sehingga pada struktur organisasi terdapat International Sales Manager dan National Sales Manager, namun pada saat praktikum tidak disertakan dan dijelaskan. Adapun National Sales Manager membawahi Regional Manager yang bertugas atau berwenang di setiap regional atau cabang dari PT. Medion di Indonesia.

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Medion
Sistem keorganisasian sangat membutuhkan sebuah koordinasi antar bidang dalam melaksanakan tugas-tugasnya agar tidak terjadi gesekan-gesekan yang kontra produktif dengan tujuan utama di PT. Medion. Pengawasan dilakukan untuk menetapkan standar pelaksanaan kegiatan yang disusun berdasarkan rencana yang telah ditetapkan dan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan yang terjadi.
Di PT. Medion sendiri memiliki pekerja yang dibagi menjadi 2 yaitu : Managerial dan Non managerial. Untuk managerial diperlukan pendidikan D3 sampai S1 dimana terdapat 300 orang yang ditempatkan di kantor pusat, sedangkan sekitar 170 orang ditempatkan di lapangan secara langsung. Untuk non managerial minimal pendidikan D1 sehingga dibutuhkan 1500 orang di tempatkan di kantor sedangkan 175 orang ditempatkan di lapangan. Kebutuhan pekerja antara pusat lebih banyak daripada lapangan.
C. Sertifikasi
Fasilitas sarana prasarana dibangun dengan menyesuaikan persyaratan-persyaratan lokasi dan bangunan industri dan dilengkapi dengan mesin bertehnologi modern. Semua proses produksi yang berjalan disesuaikan dengan GMP (Good Manufacturing Practice) dan proses QC(Quality Control) menyesuaikan dengan standar lokal dan internasional seperti Indonesian Pharmacopeias, United States Pharmacopeias, British Pharmacopeias dan European Pharmacopeias.
Perusahaan ini juga menggunakan perencanaan secara teratur dan riset untuk menghasilkan suatu produk, untuk merumuskan, untuk menyiapkan bahan baku yang berkualitas bagus, untuk menguji kualitas akhir dari produk yang dihasilkan, untuk menguji kestabilan, potensi dan keamanan produk tersebut. Disamping mengembangkan produk terbaru, bagian R&D (Research and Development) atau riset dan pengembangan juga menjaga peningkatan proses produksi dari produk pasar, sehingga perusahaan ini selalu memenuhi kebutuhan dan permintaan dari peternak.
ISO 9001:2008 yang diraih Medion menjadi bukti setiap proses produksi yang dijalankan telah memenuhi standar internasional sehingga produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang selalu terjaga dan konsisten, bahkan selalu ditingkatkan. Tidak hanya pada produk, kualitas pelayanan (service) juga selalu ditingkatkan. Dengan demikian, produk dan jasa yang dihasilkan pasti dijamin mutunya dan mengikuti perkembangan teknologi, pasar dan kebutuhan pelanggan. Hal ini senada dengan slogan perusahaan yang telah mengekspor produknya ke 15 negara Asia-Afrika, mengutamakan mutu memuaskan konsumen.

D. Produk PT. Medion
PT. Medion juga melakukan riset dan pengembangan, sehingga menghasilkan produk-produk yang berguna bagi peternak. Dengan dukungan dari sumber daya manusia dan mesin-mesin modern, beragam produk berhasil dikembangkan termasuk produk biologis berupa vaksin, obat-obatan dan peralatan perlengkapan peternakan.
1. Biological Products
Produk biologi yang dihasilkan di perusahaan ini antara lain adalah vaksin. Vaksin yang diproduksi di PT. Medion Jaya Farm berupa vaksin inaktif dan vaksin aktif yang dihasilkan dari telur yang diberi dengan bibit penyakit, yang dimasukkan melalui bagian telur yang terbuka bagian atasnya. Telur yang digunakan berupa jenis telur SPF (Steril Pathogen Free) yaitu telur yang telah ditanam dengan penyakit dan dipanen setelah 2 minggu, kemudian diambil embrio yang telah ditanam satu jenis penyakit tersebut dilanjutkan dengan proses ekstraksi bagian yang terkena penyakit saja, sedangkan untuk bagian yang tidak terkena dimusnahkan dengan cara dibakar dicampur dengan formalin. Dari hasil ekstraksi digunakan untuk membuat vaksin.
Ruangan pembuatan vaksin dibagi menjadi beberapa kelas menurut jumlah partikel yang ada dalam ruangan tersebut. Selain itu pembagiannya juga berdasarkan tingkat vaksin yang dihasilkan, vaksin yang berasal dari penyakit yang sangat berbahaya dan menular ke manusia seperti Avian Influenza sampai ke vaksin dengan tingkat bahaya sedang dan rendah. Untuk bagian penghasil vaksin merupakan bagian yang sangat membutuhkan tingkat keamanan dan bahaya tinggi, dikarenakan berurusan dengan bibit penyakit. Pada bagian penghasil vaksin terdapat beberapa tahapan sebelum memasuki area kerja untuk keselamatan kerja dari pegawai tersebut.
Proses pengecekan vaksin yang dihasilkan dilakukan oleh bagian sendiri, dimana proses pengecekan dilakukan dengan cara meletakkan dalam ruangan dan ditunggu selama 1-2 minggu apabila timbul jamur atau yang lainnya maka produk tersebut tidak lulus uji, yang kemudian dihancurkan.


Tabel 1. Vaksin yang diproduksi PT. Medion Jaya Farm
Vaksin Aktif Vaksin Inaktif
Medivac Gumboro A
Medivac Gumboro B
Medivac IB H-52
Medivac IB H-120
Medivac ND Clone 45
Medivac ND Hichner B1
Medivac ND la Sota
Medivac ND-IB
Medivac ILT
Medivac Pox
Medivac ND-AI emulsion
Medivac ND AI
Medivac AI
Medivac ND Emulsion
Medivac ND-EDS Emulsion
Medivac ND-IB Emulsion
Medivac ND-IB-IBD Emulsion
Medivac Gumboro Emulsion
Medivac ND-EDS-IB Emulsion
Medivac Coryza B
Medivac Coryza T Suspension
Medivac Coryza T
Sumber: Info Medion
a. Medivac Gumboro A
Medivac Gumboro A mengandung virus IBD aktif strain Cheville 1/68. Virus dikembangbiakkan dalam telur SPP (Specific pathogen free) berembrio sehingga bebas dari pencemaranmikroorganisme patogen. Medivac Gumboro A digunakan untuk mencegah penyakit IBD pada ayam pedaging, ayam pejantan, ayam petelur dan ayam pembibit. Medivac Gumboro A dapat diberikan pada anak ayam umur 7 hari, yang umumnya masih mempunyai kekebalan asal induk tinggi.
b. Medivac Gumboro B
Medivac Gumboro B mengandung virus IBD aktif strain D22. Virus dikembangbiakkan dalam telur SPF (Specific pathogen free) berembrio sehingga bebas dari pencemaran mikroorganisme patogen. Medivac Gumboro B digunakan untuk mencegah penyakt IBD pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit yang berumur 10hari atau lebih.
c. Medivac ND-AI Emulsion
Medivac ND-AI Emulsion merupakan vaksin inaktif berbentuk emulsi untuk mencegah penyakit Newcastle disease (ND) dan avian influenza (AI) pada unggas. Medivac ND-AI Emulsion mengandung virus ND strain La Sota dan AI subtipe H5, yang telah diinaktifkan dan diemulsikan ke dalam adjuvant minyak mineral untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Medivac ND-AI Emulsion digunakan untuk mencegah penyakit ND dan AI pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit.
d. Medivac ND AI
Medivac ND-AI mengandung virus ND strain La Sota dan AI subtipe H5, yang telah diinaktifkan dan diemulsikan ke dalam adjuvant minyak mineral untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Medivac ND-AI digunakan untuk mencegah penyakit ND dan AI pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit
e. Medivac AI
Medivac AI mengandung virus AI subtipe H5N1, hasil isolasi lapangan, yang telah diinaktifkan dan diemulsikan ke dalam adjuvant mineral untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Medivac AI digunakan untuk mencegah penyakit AI pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit
f. Medivac ND-Gumboro Emulsion
Medivac ND-Gumboro Emulsion mengandung virus Newcastle disease (ND) strain La Sota dan infectious bursal disease (IBD/Gumboro) strain Winterfield 2512 yang telah diinaktifkan. Virus diemulsifikasi ke dalam adjuvant minyak mineral untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Medivac ND-Gumboro Emulsion digunakan untuk mencegah penyakit Gumboro dan ND, yang biasanya menyerang ayam di umur 22-35 hari.
g. Medivac Coryza
Medivac Coryza mengandung bakteri Haemophilus paragallinarum yang telah diinaktifkan. Medivac Coryza digunakan untuk mencegah penyakit infectious coryza (korisa/snot) pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit. Medivac Coryza mampu menstimulasi pembentukan antibodi protektif secara cepat dan mampu melindungi secara optimal terhadap infeksi bakteri korisa.
h. Medivac Coryza T Suspension
Medivac Coryza T Suspension mengandung bakteri Haemophilus paragallinarum strain W, Spross dan Modesto yang telah diinaktifkan. Bakteri inaktif diadsorbsikan ke dalam adjuvant aluminium hidroksida untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Medivac Coryza T Suspension digunakan untuk mencegah serangan penyakit korisa pada ayam pedaging, jantan, petelur dan pembibit. Medivac Coryza T Suspension dapat diberikan pada ayam pedaging, jantan, petelur dan pembibit berbagai umur dengan cara suntikkan subkutan (bawah kulit) di leher bagian belakang sebelah bawah dan intramuskular (tembus daging/otot) di otot dada atau di paha.

Gambar 1. Produk Vaksin PT. Medion Jaya Farm
2. Pharmaceutical Products
a) Produk Obat
Tabel 2. Obat yang diproduksi PT. Medion Jaya Farm
Obat Fungsi
Antikoksi membasmi parasit pada ayam petelur, anak ayam, ayam pedaging
Cacing Exitor membasmi cacingan pada ayam
Doxytin mengobati Chronic Respiratory Disease (CRD) pada unggas
Doxyvet pencegahan dan pengobatan penyakit pernafasan pada unggas (CRD).
Erysuprim membasmi bakteri penyebab CRD dan Korisa (Snot)
Ferdex mencegah dan menyembuhkan anemia atau kurang darah pada anak babi
Injeksi Tysionol memberantas penyaki-penyakit penting pada babi, unggas, dan sapi.
Koksidex mengobati koksidiosis pada ayam
Vet Strep mengobati korisa dan CRD
Wormzol Bolus membasmi cacing pita, cacing hati, cacing gilik, cacing paru pada sapi dan kerbau.
Vermixon Sirop membasmi cacing gelang pada ayam
Koleridin mengobati kolera pada unggas
Medoxy L mengobati penyakit-penyakit pada unggas, sapi, kuda, kerbau, babi, domba, kambing, anjing, kucing
Medoxy LA mengobati penyakit-penyakit pada unggas, sapi, kerbau, kambing, dan domba
Neo Meditril & Doctril mengobati penyakit CRD kompleks
Neo Meditril I bakteri pada sapi, babi, unggas
Respiratrek mengobati CRD kompleks dan Colibacillosis
Sulfamix mengobati penyakit pada unggas
Sulpig mengobati penyakit-penyakit pada babi
Therapy mengobati penyakit-penyakit pada unggas
Trimezyn mengobati penyakit korisa (pilek, snot), CRD (ngorok), kolera (berak hijau), pullorum (berak kapur)
Sumber: Info Medion







Gambar 2. Produk obat PT. Medion Jaya Farm






b) Produk Vitamin
Tabel 3. Vitamin yang diproduksi PT. Medion Jaya Farm
Vitamin Fungsi
Egg Stimlulant antibiotik dan vitamin yang digunakan untuk meningkatkan produksi telur pada ayam petelur
Neobro mempercepat pertumbuhan ayam pedaging, mengurangi kematian, dan meningkatkan efisiensi penggunaan ransum
Top Mix pelengkap makanan untuk ayam petelur, ayam pedaging, bibit ayam, dan anak ayam
Turbo vitamin untuk bebek petelur
Vita Chicks kombinasi vitamin dan antibiotik yang digunakan pada ayam
Vita Strong multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada ayam
Strong n Fit memacu produktivitas ayam dan membantu pembentukan energi untuk perbaikan produksi telur, berat badan, FCR dan daya tahan tubuh.
Aminovit menambah produksi telur dan memperpanjang masa bertelur pada ayam, memperbesar telur, menguatkan dinding kerabang telur dan menambah kesuburan (fertilitas), dan memperbaiki konversi ransum
Broiler Vita mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki konversi ransum ayam broiler.
Mineral Feed Supplement A meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ayam dan itik
Sumber: Info Medion














Gambar 3. Produk Vitamin PT. Medion Jaya Farm


c) Produk antiseptic atau desinfektan
Tabel 4. Antiseptic yang diproduksi PT. Medion Jaya Farm
Antiseptic/Desinfektan
Antisap Vita tetra Chlor
Neo Antisep Tysinol
Formades Tyfural
Medisep Trimezyn-S
Sporades Therapy
Desinep Sulfamix
Sumber: Info Medion







Gambar 4. Produk Antiseptic dan Desinfektan PT. Medion Jaya Farm
3. Poultry Equipment
Di PT. Medion Jaya Farm produk poultry equipment yang dihasilkan seperti tempat minum ayam baik ukuran kecil sampai besar dan otomatis, tempat ransum ayam, nampan tempat pakan (feeder tray), alat pemanas untuk anak ayam, tempat telur (egg tray), kemasan obat, vaksin, botol dan juga produk-produk pendukung yang lainnya.
Bahan baku yang digunakan berupa polyprylene, dimana polyprylene yang berbentuk biji/butir halus dimasukkan dalam mesin kemudian dengan waktu yang telah ditentukan maka keluar produk yang diinginkan. Untuk produk yang gagal atau tidak memenuhi standar kualitas tidak dibuang melainkan di daur ulang menjadi produk tertentu. Untuk mengetahui kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, maka dilakukan QC (quality control) agar produk yang akan dipasarkan tidak merugikan konsumen. Untuk bagian PEP (Poultry Equipment and Printing Device) atau penghasil produk dan peralatan peternakan ini pekerja keseluruhan dari jenis non managerial yang jumlahnya lebih banyak daripada managerial.






BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk biologi (Biological Products) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya Farm ini antara lain adalah vaksin. Vaksin yang diproduksi berupa vaksin aktif dan vaksin inaktif. Produk farmasi (Pharmaceutical Products) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya Farm ini antara lain berupa obat, vitamin, antibiotic, dan desinfektan.
Peralatan peternakan ayam (Poultry Equipment) yang dihasilkan di PT. Medion Jaya Farm ini antara lain berupa tempat minum ayam baik ukuran kecil sampai besar dan otomatis, tempat ransum ayam, nampan tempat pakan (feeder tray), alat pemanas untuk anak ayam, tempat telur (egg tray), kemasan obat, vaksin, botol dan juga produk-produk pendukung yang lainnya.
B. Saran
Sebaiknya PT. Medion Jaya Farm sering melakukan sosialisasi terhadap peternak tradisional, sehingga kesadaran akan usaha peternakan yang modern dapat ditingkatkan. Koleksi buku-buku terbitan Medion sebaiknya juga disosialisasikan kepada para peternak-peternak maupun masyarakat, sehingga peternak tahu perkembangan dunia peternakan.








DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Imam, Fatoni. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Di Peternakan Dony Farm Kabupaten Magelang. Tugas Akhir Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Info Medion. 2010. Informasi Produk. http://info.medion.co.id/index.php/lain-lain/informasi-produk.Diakses pada hari Selasa, 28 Desember 2010 jam 18.30 WIB.
Irwan, Setiawan. 2010. Pemeliharaan Ayam. http://www.central-bangkok-farm.com/2010/05/temapat-pakan-untuk-pemeliharaan-ayam.html (Diakes pada hari rabu, 29 Desember 2010 pukul 13.25 WIB).
Medion Online. 2009. Tata Laksana Vaksinasi. http://info.medion.co.id (Diakses pada hari Kamis 6 Januari 2010 jam 18.59 WIB).
Retno, D, Jahja, J, Suryani T. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Medion. Bandung.
Rangga, Charles. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Volume 1. Kanisius. Yogyakarta.
Setyawan, Iwan. 2010. http://www.central-bangkok-farm.com/2010/05/temapat-pakan-untuk-pemeliharaan-ayam.html. Diakes pada hari kamis, 30 Desember 2010 pukul 08.15 WIB.
Suprijatna, Edjeng., Umiyati, A., Ruhyat ,K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tizard I. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. M. Partodiredjo, penerjemah. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press.
Zainuddin, D. dan I.W.T. Wibawan. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Sumber Daya Genetic Ayam Lokal Indonesia. Dalam Keanekaragaman Sumber daya Hayati Ayam Lokal Indonesi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.