I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat luas membutuhkan makanan yang
bermutu tinggi dalam jumlah yang banyak. Dalam hal inilah peternakan dapat
memberi sumbangan yang terbesar. Kebutuhan makan manusia yang semakin meningkat
memerlukan peternakan yang khusus menghasilkan produk-produk tertentu dengan
pemberian pakan dan manajemen yang baik. Produk-produk dari peternakan meliputi
daging, susu dan telur. Seiring dengan bertambahnya waktu dan tingkat
pendidikan maka kebutuhan akan protein hewani (susu, telur dan daging)
meningkat.
Meningkatnya konsumsi masyarakat
terhadap pangan sumber hewani menuntut perusahaan-perusahaan peternakan untuk
meningkatan produksinya. Peningkatan tersebut harus disertai dengan penanganan
yang memadai dan terpadu dalam tatalaksana manajemen yang baik mengenai pakan,
pengendalian penyakit, maupun penanganan hasil produksi. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem pemasaran (tataniaga) yang efektif dan efisien dengan
sistem manajemen yang baik.
Pasar juga merupakan tempat terjadinya
mekanisme pasar yang mencakup informasi tentang jumlah kualitas, dan harga dari
barang yang diperdagangkan. Mekanisme tersebut menuntut penyaluran atau
pemasaran produk dari pedagang ke konsumen, sehingga sangat diperlukan dan
segmen pasar yang dituju. Pemasaran (tataniaga) sebagai salah satu komponen
pasca produksi perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam usaha peternakan.
Melihat begitu pentingnya pemasaran
(tataniaga) produk peternakan maka dalam praktikum Tataniga Ternak dan Hasil
Ternak ini akan dipelajari tentang alur tataniaga produk peternakan yang berupa
daging di pasar tradisional.
B. Tujuan
Tujuan dalam praktikum Tataniaga Ternak
dan Hasil Ternak :
- Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum
Tataniaga Ternak dan Hasil Ternak ini, mahasiswa diharapkan akan dapat
menjelaskan tentang sistem dan manajemen pemasaran (tataniaga) ternak dan hasil
ternak.
- Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah
melaksanakan kegiatan praktikum Tataniaga Ternak dan Hasil Ternak ini,
mahasiswa diharapkan akan dapat menjelaskan dan menganalisa sistem dan
manajemen pemasaran perusahaan, serta tentang saluran tataniaga produk
peternakan, pendekatan fungsi tataniaga, lembaga-lembaga tataniaga, perilaku
pasar, dan sebagainya serta mampu menghitung margin tataniaga dari suatu
komoditi peternakan.
C. Manfaat
Praktikum Tataniaga Ternak dan Hasil
ternak adalah memberikan pengetahuan tentang tataniaga dan permasalahan
pemasaran yang dihadapi peternak dari produsen ke konsumen sehingga praktikan
mengetahui keadaan di lapangan yang sebenarnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar
Pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual
pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka
oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah,
sayur-sayuran,
telur,
daging,
kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang
menjual kue-kue
dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia,
dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk
mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara
lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di
Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan
menghadapi serangan dari pasar modern ( Anonim, 2009).
Pasar dibagi ke dalam kelompok-kelompok
yang responsive terhadap hal yang
berbeda sepeti harga, kualitas barang, pengiklanan pengecer dan sebagainya.
Bila penjual mengetahui sekelompok pembeli lebih responsive terhadap perubahan
dalam pengeluaran untuk pengiklanan dari pada perubahan faktor-faktor pasar
lainnya (Kusumadmo, 1986).
Definisi pasar sebagai produsen adalah
sebagai tempat untuk menjual barang-barang dan jasa-jasa sehingga konsumen
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan bagi lembaga
pemasaran pasar merupakan tempat untuk melakukan aktivitas usaha dengan
melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran tertentu sehingga lembaga pemasaran dapat
keuntungan (Sudiyono, 2002).
B. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan
manajerial. Akibat dari berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2004).
Sekarang perusahaan siap untuk memilih
pasar sasarannya. Untuk dapat melakukannya perusahaan perlu mengetahui
bagaimana mengukur daya tarik pasar tertentu. Yang harus dilakukan perusahaan
adalah memperkirakan ukuran pasar secara menyeluruh, pertumbuhan dan
provitabilitasnya. Para pemasar harus memahami teknik-teknik dasar untuk
potensi pasar dan prakiraan permintaan di masa yang akan datang. Setiap teknik
memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri yang harus benar-benar dipahami
agar terhindar dari kekeliruan dalam penggunaannya (Kotler, 1992).
Pemasaran dapat didefinisikan sebagai
kegiatan bisnis yang mengatur arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen
sehingga sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk
yang dikehendaki pada harga yang dibayar konsumen (Cahyono, 1994).
C. Saluran Tataniaga
Lembaga pemasaran adalah badan usaha
atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi
dari produsen kepada konsumen akhir serta merupakan hubungan dengan badan usaha
atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk
yang diinginkan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono, 2002).
Pemasaran hasil peternakan merupakan
suatu proses pemindahan dengan membawa hasil ternak dari produsen ke konsumen.
Dalam mengatur proses pemasaran ini, maka bantuan teknik tetap diprioritaskan
dengan dibentuknya lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah dibidang ini
(Cahyono, 1994).
D. Biaya Tataniaga
Biaya pemasaran seringkali diukur dengan
marjin pemasaran, yang sebenarnya hanya menunjukkan bagian dari pembayaran
konsumen yang diperlukan untuk menutup biaya yang dikeluarkan dalam proses
pemasaran (Downey dan Erickson, 1989).
Produsen cenderung menggunakan metode
yang lebih rumit dalam menggunakan harga dibandingkan yang digunakan oleh para
distributor. Satu diantaranya adalah maksimalisasi keuntungan (profit maximixation), yang terjadi
ketika pendapatan marjinal (magjinal
revenue) sama dengan biaya marjinal (marginal
cost). Biaya marjinal merupakan perubahan dalam total biaya yang
berhubungan dengan perubahan satu unit dalam output (Lamb, dkk, 2001).
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua
sisi yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran, pada analisis pemasaran
yang sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga
ini (Sudiyono, 2002).
Laporan laba-rugi merupakan hasil dari
kegiatan operasional perusahaan pada periode waktu tertentu. Didalamnya
terdapat informasi mengenai inflow aset
(revenue), outflow aset (expenses) dan kenaikan atau penurunan yang
dihasilkan oleh semua kegiatan tersebut (Rangkuti, 2004).
E. Perencanaan Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan
manajerial. Akibat dari berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2004).
Pemasaran dapat didefinisikan sebagai
kegiatan bisnis yang mengatur arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen
sehingga sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk
yang dikehendaki pada harga yang dibayar konsumen (Cahyono, 1994).
Peranan
informasi pasar perlu diperhatikan karena tidak ada keputusan pemasaran yang
baik tanpa didasarkan oleh fakta atau data. Oleh karena itu, kebutuhan akan
data atau fakta mungkin meningkat dalam rangka Intensifikasi dan Ekstensifikasi pasar. Informasi pasar
mengenai produk apa dan yang bagaimana yang didiinginkan oleh kelompok konsumen
(Assauri, 1992).
F. Evaluasi Pemasaran
Evaluasi pemasaran dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kekurangan pada proses pemasaran serta
kelebihan-kelebihan yang ada saat proses pemasaran. Hal ini dapat digunakan
untuk menetapkan strategi pemasaran yang didasarkan pada peluang-peluang atau opportunity. Namun dapat meminimalkan
kelemahan (wealinesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2004).
Produsen cenderung menggunakan metode
yang lebih rumit dalam menggunakan harga dibandingkan dengan yang digunakan
oleh para distributor. Satu diantaranya adalah maksimalisasi keuntungan (profit maximixation), yang terjadi
ketika pendapatan marjinal (marginal
revenue) sama dengan biaya marjinal (marginal
cost). Biaya marjinal merupakan perubahan dalam total biaya yang
berhubungan dengan perubahan satu unit dalam output (Lamb, dkk, 2001).
Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua
sisi yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran, pada analisis pemasaran
yang sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga
ini (Sudiyono, 2002).
Laporan laba-rugi merupakan hasil dari
kegiatan operasional perusahaan pada periode waktu tertentu. Didalamnya
terdapat informasi mengenai inflow aset (revenue),
outflow aset (expenses) dan kenaikan
atau penurunan yang dihasilkan oleh semua kegiatan tersebut (Rangkuti, 2004).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi Praktikum
Materi yang digunakan dalam praktikum Tataniaga Ternak dan Hasil Ternak
adalah Pasar Turisari yang berlokasi di Jl.RM Said, kampung Turisari,
Banjarsari Surakarta dan quisoner sebagai pegangan dalam mendapatkan data.
Selain itu juga bahan dan peralatan untuk berjualan sate kelinci diantaranya
kelinci, tusuk sate, pisau, bumbu, arang, kipas, korek api, piring, sendok,
alat pemanggang dan lain-lain.
B. Waktu dan Tempat
Praktikum Tataniaga Ternak dan Hasil Ternak dilaksanakan pada hari Minggu,
tanggal 22 dan 28 Desember 2009 pukul 05.30-09.00 di Stadion Manahan serta hari
Sabtu, tanggal 4 Desember 2009 di Pasar Turisari yang berlokasi di Jl.RM Said,
kampung Turisari, Banjarsari Surakarta
C. Metode Pelaksanaan
Praktikum
Tataniaga Ternak dan Hasil Ternak dilaksanakan dengan mengadakan praktik
berjualan sate kelinci di Stadion Manahan dan dengan observasi di Pasar
Turisari dan wawancara dengan Pengelola pasar Turisari.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil / Analisis Data
1. PRAKTIKUM I
1.
Nama Pasar : Pasar Turisari
2.
Lokasi Pasar : Jl. RM. Said, Turisari, Surakarta
3.
Luas Pasar : 2750 m2
4.
Hari Pasaran : -
5.
Kapasitas Pasar
a. daging ayam : 200kg/hari
b. daging sapi : 10 kg/hari
6.
Fasilitas Pasar
a. Loket :
ada 1 unit
b. Timbangan :
ada, banyak
c. Sumur :
ada 1 unit
d. Kamar Mandi : ada
2 unit
e. Kios/ los : ada 36 unit, ada 50 unit
f. Tempat parkir :
ada
7.
Pedagang yang terlibat dipasar
a. Pedagang besar :
5 orang
b. Pedagang Pengumpul :
5 orang
c. Pedagang perantara :
15 orang
d. Pengecer :
61 orang
8.
Lembaga/ Dinas yang terlibat
dipasar
Dinas Peternakan, Dinas Kebersihan, dan Dinas Kesehatan
9.
Keluar masuknya daging di daerah
setempat
Dari Boyolali dan daerah sekitar Surakarta
10.
Jumlah dan harga ternak pada saat
pengamatan daging sapi per kilogram harganya mencapai Rp. 60.000, sedangkan
ayam harganya Rp. 19.000,00
11.
Peraturan-peraturan perdagangan
daging
Tidak ada peraturan khusus yang mengikat
12.
Jumlah daging yang diperdagangkan
di pasar Turisari (yang datang dan yang
laku terjual : tidak ada pendataan khusus dari pihak pengelola pasar
- Perencanaan Pemasaran
1.
Proses perencanaan produksi
a.
Sudah direncanakan dan dicanangkan
oleh pemerintah
2.
Perencanaan tataniaga / pemasaran
hasil produksi dengan pendekatan SWOT analysis
Kekuatan
:
|
Adanya produksi yang bagus dapat menawarkan harga
yang tinggi. permintaan daging yang
tinggi, sebagai salah satu produk yang diandalkan.
|
Kelemahan :
|
§ Sempit dan kecilnya pasar
|
Peluang
:
|
§ Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat, pedagang dapat memasarkan
dagangannya dengan kapasitas yang besar
|
Hambatan
:
|
§ Kecilnya pasar sehingga mempersempit ruang dan jumlah pedagang
|
3.
Perencanaan pengembangan /
ekspansi pemasaran : ada rencana untuk di bangun dan dikembangkan menjadi pasar
modern
4.
Kesesuaian antara rencana
pemasaran dengan realisasinya
Tidak terealisasi karena menyangkut kebijakan walikota Surakarta.
- Fungsi Pertukaran
1.
Daging sapi dibeli dari peternak
dengan harga ± Rp. 45.000 dan daging
ayam dibeli dari peternak dengan harga Rp. 12.000 tiap ekor ayam hidup pada
tanggal 4 Desember 2009.
2.
Ketika akan membeli daging cara
mencari informasi yaitu dengan bertanya dengan pedagang lain dan kepada
peternak.
3.
Apabila menjual daging dilakukan
dengan menawarkan kepada konsumen yang melewati kios
4.
Cara menerapkan harga ketika
menjual daging yaitu tergantung dari harga beli awal lalu ditambah keuntungan
yang diambil maka terbentuklah harga
5.
Yang menetapkan harga jual adalah
peternak yang memotong ternaknya.
6.
Cara pembayarannya kontan
7.
Menjual ternak kepada :
a.
Konsumen dengan harga Rp. 60.000
untuk daging sapi, dan Rp. 19.000
untuk daging ayam tiap kilogramnya.
8.
Cara menjual daging :
a.
didatangi calon pembeli
- Fungsi Fasilitas
1.
Fasilitas yang diperoleh dalam
pembelian
- daging sapi kualitasnya baik bukan daging gelonggongan
2.
Tidak mengenal adanya asuransi
3.
mengetahui soal harga ternak dari
peternak/tetangga
- Fungsi Fisik
Tidak melakukan penyimpanan, pengolahan sebelum dijual
Pengemasan : dimasukkan ke dalam kantong plastik
Alat angkut yang digunakan : motor
Biaya angkut per hari Rp. 5.000
Yang menetapkan harga jual daging : pedagang
- Saluran Tataniaga
1. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam
saluran tataniaga
a.
Peternak/jagal
b.
Pedagang pengumpul
c.
Konsumen
d.
Dinas Pengelolaan Kekayaan Daerah
e.
Pedagang perantara
2. Gambar Rantai tataniaga ternak
Gambar
1. Rantai Tataniaga Ternak
- Biaya Tataniaga
a.
Perhitungan harga pokok dan harga
jual
Harga pokok dan harga jual daging di pasar Turisari
berdasarkan dari harga beli daging dari peternak atau jagal..
b.
Biaya tataniaga daging sapi
Biaya
retribusi : Rp 4.000,-
Biaya
tenaga kerja : Rp. 15.000,-
Biaya
transport : Rp 5.000,-
Biaya
parkir : Rp 1.000,-
Biaya
total : Rp 25.000,-
c.
Margin tataniaga (M)
Harga
ditingkat peternak (Hp)
Harga
ditingkat konsumen (HE)
HP = Rp 45.000 x 10 = Rp. 450.000
HE=
Rp 60.000 x 10 = Rp. 600.000
M1 = Rp 150.000,-
Margin
Total = M1
= Rp
150.000,- / hari
d.
Perhitungan keuntungan / kerugian
(p)
Keuntungan p = M – B
= Rp 150.000 – Rp 25.000
= Rp 125.000,- / hari
FS (Farmer Share)
yaitu bagian yang diterima peternak dari harga di tingkat konsumen :
FS =
=
- Evaluasi Pemasaran
a.
Kekurangan
-
Adanya persaingan harga dan produk
antar pedagang
-
Dalam menentukan harga tidak ada
patokan yang tetap karena hanya berdasarkan besar kecilnya produk dan
kualitasnya
b.
Kelebihan
-
Pasar banyak dikunjungi pedagang
se-eks Karesidenan Surakarta
-
Adanya pelanggan tetap sehingga
pemasarannya mudah
c.
Kesimpulan umum tentang
tataniaga/pemasaran produk tersebut
Kegiatan tataniaga di Pasar Turisari sudah
cukup baik, tetapi sebaiknya juga memperhatikan kualitas daging yang dijual.
2. PRAKTIKUM II
a. Perlakuan Sebelum Pemasaran
a.
Proses pemilihan /
pembelian produk / hasil ternak
-
Pemilihan produk
(kelinci) dipilih kelinci yang sehat, jantan, gemuk dan mempunyai banyak
karkas.
b. spesifikasi
produk / hasil ternak
a. Jenis : kelinci New Zealand white jantan
b. Asal : matesih
c. Harga : Rp. 25.000,00 per ekor
d. Keunggulan : karkas lebih banyak dan lebih murah
e. Kelemahan : jauh sehingga menambah biaya
transportasi
f. Spesifikasi
lain : -
g. Spesifikasi
produk : -
c.
Proses pengolahan : kelinci hidup kemudian
disembelih, dikarkasing, dijadikan beberapa tusuk kemudian diolah menjadi sate
kelinci
d.
Pengemasan / pengepakan
Tidak
dilakukan pengemasan secara khusus hanya saja jika ada pembeli maka disajikan
dengan kertas minyak.
e.
Penggudangan /
penyimpanan
Tidak
dilakukan penyimpanan
f.
Pengangkutan
Tidak
dilakukan pengangkutan
b. Promosi Pemasaran/Penjualan
a.
Teknik menjual produk
Dilakukan oleh
produsen sate kelinci langsung ke konsumen
b.
Mekanisme penggunaan media
pemasaran
-
Penggunakan media iklan : tidak dilakukan
-
Penggunakan media reklame : tidak dilakukan
-
Penggunakan media internet : tidak dilakukan
-
Penggunakan media cetak : tidak dilakukan
c. Biaya Tataniaga
1.
Perhitungan harga pokok dan harga jual
Harga
pokok (1 porsi) = Rp 9.900,00
Harga
jual per hari = Rp. 12.000,00
2.
Biaya tata niaga
Tidak
ada
3.
Margin tata niaga (M)
M = HE – HP
= Rp 12.000,00 – Rp 9.900,00
= Rp 2.100,00
4.
Perhitungan keuntungan/kerugian
Harga
jual =
Rp. 12.000 x 13
=
Rp. 156.000
Biaya kelinci = Rp. 75.000
Biaya bumbu =
Rp. 50.000
Biaya lain =
Rp. 4.000
Biaya
total = Rp.129.000
Total
keuntungan =
Rp. 27.000
d. Segmentasi Pasar
1.
Segmentasi berdasarkan geografis
(wilayah)
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
2.
Segmentasi berdasarkan volume
(pembeli potensial/tidak, pembeli ringan/berat)
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
3.
Segmentasi berdasarkan demografis
(umur, kelamin, besar, keluarga, tingkat pendapatan/daya beli, pendidikan,
jenis pekerjaan, aspek agama, paham kebangsaan, status sosial, ragam lembaga
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
4.
Segmentasi berdasarkan benefit
(sosial/ profit oriented)
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
5.
Segmentasi berdasarkan psikografis
(gaya hidup masyarakat, kedinamisan masyarakat)
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
6.
Segmentasi berdasarkan faktor
pemasaran (harga, kualitas produk, kesetiaan pelanggan, penawaran, permintaan.
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
7.
Segmentasi berdasarkan
produk-ruang (produk volumineus,
ringkas /tidaknya suatu produk)
Tidak ada pembagian segmentasi pasar
e. Evaluasi Pemasaran
1.
Kekurangan
Kurangnya
minat konsumen terhadap produk sate kelinci
2.
Kelebihan
Produk sate kelinci jarang di daerah
tersebut sehinggga merupakan produk yang langka.
3.
Kesimpulan umum tentang
tataniaga/pemasaran
Prospek pemasaran masih terbuka lebar
dan daerah pemasaran masih banyak, apabila pemasaran ditingkatkan lagi akan
lebih menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
4.
Saran dan arahan ke depan
Pemasaran
, penawaran produk lebih ditingkatkan.
B. Pembahasan
1. PRAKTIKUM I
Pasar tradisional adalah tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual
pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka
oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah,
sayur-sayuran,
telur,
daging,
kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Pasar seperti ini masih
banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Beberapa pasar tradisional yang
"legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar
Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Sedangkan yang dimati dalam praktikum
ini yaitu pasar Turisari yang berlokasi di Jalan RM Said Surakarta, yang lebih
dikenal masyarakat dengan sebutan pasar Nangka. Pasar tradisional ini mempunyai
luas sekitar 2.750 m2. Pasar ini setiap hari beroperasi dan tidak
ada loket sehingga setiap pengunjung bebas keluar masuk pasar, kapasitas pasar daging
yang diperjual belikan adalah 10 kg untuk sapi dan 200 kg untuk ayam.
Fasilitas yang ada dalam pasar Turisari
yaitu sumur dan kamar mandi, sumur sebagai sumber air untuk keperluan di pasar.
Kamar mandi sebanyak dua unit. Pasar ini terdapat 36 kios dan 50 los, dan
hampir setiap pedagang mempunyai timbangan sendiri. Pihak yang terlibat di
Pasar Turisari antar lain pedagang yang berjumlah 50-80 orang dan terdiri dari
pedagang besar . pedagang besar 5 orang, pedagang pengumpul 5 orang, pedagang perantara 15 orang, dan pengecer 61
orang. Sedangkan harga daging dipasar ini pada saat pengamatan sekitar Rp 60.000,00 per
kilogram untuk daging sapi dan Rp. 19.000,00 per kilogram untuk daging ayam.
a.
Perencanaan Pemasaran
Perencanaan pemasaran perusahaan
berbagai hal yaitu : perencanaan strategi jangka panjang pemasaran perusahaan (marketing corporate planing),
perencanaan operasional pemasaran, penyusunan anggaran pemasaran dan proses
penyusunan rencana pemasaran perusahaan (Assauri,1992). Proses perencanaan
produksi di Pasar tradisional ini diambil dari segi sumber daya manusia (SDM),
modal, dan infrastruktur yang menunjang. Dimana semua proses produksi sudah
dicanangkan dan diatur oleh pemerintah, pihak pengelola pasar hanya menjalankan
saja. Dilihat dari infrastrukturnya,
sarana dan prasarana yang terdapat di Pasar Turisari sudah cukup memadai
seperti dekat dengan jalan, terdapat tempat parkir, kios-kios, serta diawasi
oleh pengelola pasar.
Untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan, kelemahan, peluang serta hambatan dalam perencaan tata niaga di Pasar
Turisari ini dapat dilihat dari pendekatan analisis SWOT. Kekuatan yang
terdapat di pasar ini adalah adanya produksi yang bagus dapat menawarkan harga
yang tinggi. permintaan daging yang
tinggi, sebagai salah satu produk yang diandalkan. Kelemahan dari pasar ini
yaitu: Sempit dan kecilnya pasar. Peluang yang dapat diperoleh dari Pasar, Semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat, pedagang dapat memasarkan dagangannya dengan
kapasitas yang besar. Pasar hewan ini juga memiliki hambatan dalam proses
pemasaran, Kecilnya pasar sehingga mempersempit ruang dan jumlah pedagang,
serta produk peternakan yang mudah sekali rusak.
Perencanaan pengembangan / ekspansi
pemasaran di pasar hewan ini ada, yaitu rencana untuk dibangun dan ditata
kembali menjadi bertingkat sehingga kapasitas pedagang menjdi lebih besar.
Menurut Assauri (1992), pengembangan pasar sangat diperlukan untuk mendapatkan
pasar atau kelompok konsumen yang baru melalui perbaikan produk yang ada. Akan
tetapi rencana tersebut tidak terealisasi karena menyangkut kebijakan walikota
dalam hal perijinan dan pengembangan pasar tradisional lain.
b.
Fungsi Pertukaran
Proses pertukaran di Pasar Turisari
diawali dari pembeli yang bertanya kepada penjual mengenai harga, sehingga
tercipta kesepakatan dan pembeli membeli daging, selain itu penjual juga
menawarkan barang dagangannya kepada orang yang melewati kiosnya.
Cara pembayaran yang dilakukan yaitu
kontan. Dalam pengambilan laba, pedagang biasanya tidak tetap dalam menentukan
besar / kecilnya laba. Laba diperoleh dari mengurangkan harga jual dengan harga
beli, yang dikarenakan tidak adanya kepastian dalam mengambil keuntungan.
c.
Fungsi Fasilitas
Di
Pasar Turisari, pembeli tidak mendapatkan fasilitas-fasilitas istimewa dalam
melakukan pembelian. Dalam kegiatan pemasaran produk peternakan kita akan
mendapat tiga subjek yang menentukan dalam pembentukan harga suatu produk yaitu
produsen dengan dasar biaya-biaya produksi, konsumen dengan daya beli dan
pemerintah dengan peraturan atau ketentuan harga sebagai pembeli. Pedagang atau
pembeli mengetahui harga dari dan ada patokan harga dari pemerintah. Patokan
harga yang diberikan oleh pemerintah itu tidak lain untuk mewujudkan pendekatan
konsumen dan produsen (Kartasapoetra, 2001) dalam pembentukan harga yang riil.
d.
Fungsi Fisik
Para pedagang di Pasar Turisari tidak
melakukan proses penyimpanan sebelum mereka menjual daging sapi maupun ayam.
Akan tetapi melakukan penyimpanan jika barang dagangan mereka masih tersisa dan
belum laku pada hari itu, namun hal ini jarang terjadi karena pedagang hanya
menjual dalam jumlah sedikit saja. Selain itu juga tidak dilakukan pengolahan
dan pengemasan sehingga pedagang hanya menjual daging segar saja dimana jika
ada yang membeli daging nantinya akan dikemas dalam kantong plastik saja untuk
mempermudah pembeli membawanya.
e.
Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga merupakan aliran
barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Barang-barang dari produsen
langsung ke konsumen, atau melalui perantara pemasaran. Perantara pemasaran
adalah perusahaan-perusahaan yang membantu perusahaan itu dalam promosi
penjualan dari distribusi barang-barangnya ke konsumen. Lembaga tataniaga atau
lembaga yang secara langsung terlibat dalam proses pengaliran barang atau jasa
dari produsen ke konsumen dalam saluran tataniaga yang terjadi di Pasar Turisari
adalah peternak, pedagang pengumpul, konsumen, dinas pengelolaan daerah, dan
pedagang perantara. Menurut Kottler (1990) bahwa para perantara pemasaran
meliputi para perantara, perusahaan distribusi fisik, lembaga-lembaga jasa
pemasaran dan perantara bidang keuangan.
Para peternak sebagai salah satu lembaga
tataniaga dalam saluran tataniaga adalah selaku produsen, menurut Swastha
(1979) produsen adalah lembaga mula-mula yang melakukan kombinasi barang, jasa
dan harga untuk disalurkan. Pedagang pengumpul, pedagang perantara merupakan
perantara, yaitu perusahaan dagang yang membantu perusahaan untuk menemukan
pembeli. Pada dasarnya perantara dapat melaksanakan tugas dan fungsi pemasaran
dengan efisiensi yang tinggi, sesuai dengan pendapat Radiosunu (1986) bahwa
perantara penawaran dapat menghasilkan lebih banyak karena pengalaman,
spesifikasi, relasi, dan luas usaha mereka, dari pada yang dapat dihasilkan
produsen melalui usaha penyaluran sendiri.
f.
Biaya Tataniaga
Biaya tataniaga adalah sejumlah uang
yang harus dikeluarkan atau dibayarkan selama proses penyampaian barang dari
konsumen ke produsen terjadi. Besarnya biaya tataniaga akan berpengaruh
terhadap harga yang harus dibayarkan oleh konsumen (harga eceran) dan harga
yang diterima produsen. Biaya dalam tataniaga meliputi harga pokok, biaya
tataniaga, dan margin tataniaga. Harga pokok yaitu harga di tingkat produsen
untuk daging sapi yaitu Rp 45.000,-. Biaya tataniaga meliputi biaya administrasi Rp 4.000, transportasi Rp. 5.000, biaya parkir Rp.
1.000, sehingga total dari biaya
tataniaga adalah Rp 25.000,-.
Margin pemasaran adalah selisih yang
dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani produsen, dengan
menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga yang
terlibat dalam proses pemasaran ini, maka dapat dianalisis distribusi margin
pemasaran diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat ini (Sudiyono,
2002). Margin total dari petani produsen sampai ke konsumen akhir adalah Rp 150.000,-
per hari.
Profit margin atau keuntungan yang
diperoleh adalah sebesar Rp 125.000,- per hari, sedangkan farmer share yang diperoleh dari presentase harga pokok dan harga
jual adalah 75 %.
g.
Evaluasi Pemasaran
Peluang dalam pemasaran untuk kemajuan
di pasar ini dapat dilihat dalam kelebihan yang ada dalam pasar yaitu pasar
banyak dikunjungi pedagang se-eks Karesidenan Surakarta serta adanya pelanggan
tetap sehingga pemasarannya mudah. Evaluasi pemasaran perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kekurangan pada proses pemasaran, kelebihan-kelebihan
yang ada saat proses pemasaran. hal ini dapat digunakan untuk menetapkan
strategi pemasaran.
Selain itu harus dapat meminimalkan
kekurangan yang ada. kekurangan tersebut yaitu adanya persaingan harga dan
produk antar pedagang. dalam menentukan harga serta tidak ada patokan yang
tetap karena hanya berdasarkan besar kecilnya produk dan kualitasnya
2. PRAKTIKUM II
a. Perlakuan Sebelum Penjualan
Untuk membuat sate kelinci maka
harus dipilih kelinci yang sehat,
jantan, gemuk dan mempunyai banyak karkas sehingga dapat dijadikan banyak tusuk
sate. Maka dari itu dipilih kelinci New Zealand Jantan yang mempunyai lebih
banyak karkas.
Setelah proses pemilihan kelinci, maka
kelinci di sembelih dan diambil karkasnya dan dijadikan beberapa tusuk,
kemudian diberi bumbu. Setelah ada pembeli yang memesan maka baru diolah
menjadi sate yaitu dengan cara dibakar. Serta tidak dilakukan pengemasan secara
khusus hanya saja jika ada pembeli maka disajikan dengan kertas minyak.
b. Promosi Pemasaran/Penjualan
a.
Teknis
menjual produk
Dalam
menjual produk
sate kelici ini, konsumen langsung dating ke tempat penjualan dan memesan sate
kelinci. Proses pemasaran menggunakan sistem pemasaran dengan melakukan kontak
dengan konsumen.
b.
Mekanisme Penggunaan
Media Pemasaran
Dalam penjualan produk sate tidak menggunakan media apapun untuk
mempromosikan hasil produksinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan
modal..
c. Biaya Tataniaga
a.
Perhitungan Harga Pokok dan Harga Jual
Harga pokok sate kelinci tiap porsi sebesar Rp 9.900,00 dan kemudian dijual
dengan harga Rp.12.000,00. Harga jual ini terbilang cukup murah karena daging
yang digunakan yaitu daging kelinci murni.
b.
Biaya tata niaga
Biaya tata niaga merupakan biaya tambahan yang terjadi selama proses
penjualan barang/produk dari produsen sampai konsumen. Pada saat praktikum,
ketemukan adanya biaya tata niaga, yaitu biaya pengolahan sebesar Rp. 4.000,00..
c.
Margin tata niaga
Margin tata niaga merupakan selisih antara harga yang diterima oleh produsen
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen (Atmakusuma, 1998). Dalam praktikum,
ditemukan besarnya margin tata niaga yang diperoleh yaitu sebesar Rp 2.100,00. Selain
itu, besar biaya tataniaga yaitu Rp 0,00 karena konsumen membeli langsung
produknya dari tangan produsen. Faktor-faktor yang mempengaruhi margin tata
niaga yaitu antara lain waktu, kerusakan, penyusutan, sifat komoditi/barang,
dan tingkat pengolahan dari barang tersebut.
d.
Perhitungan keuntungan/kerugian
Pada saat praktikum usaha yang dijalankan dapat dikatakan menguntungkan
jika semuanya laku terjual dan keuntungan yang dapat dicapai yaitu Rp.
27.000,00 dengan menjual 13 prsi.
d. Segmentasi pasar
a.
Segmentasi berdasarkan geografis
(wilayah)
Pada usaha menjual ste kelinci ini tidak
melakukan segmentasi pasar berdasarkan geografis atau wilayah karena hanya
terdapat pada satu tempat saja.
b.
Segmentasi berdasarkan volume
(pembeli potensial/tidak, pembeli ringan/berat)
Pada usaha ini tidak melakukan
segmentasi pasar berdasarkan volume. Pemasaran hasil produksinya yaitu konsumen
mendatangi atau mencari sendiri. secara langsung.
c.
Segmentasi berdasarkan demografis
(umur, kelamin, besar, keluarga, tingkat pendapatan/daya beli, pendidikan,
jenis pekerjaan, aspek agama, paham kebangsaan, status sosial, ragam lembaga )
Pada usaha ini tidak melakukan
segmentasi pasar berdasarkan demografis, produk dijual kepada konsumen secara
langsung tanpa membatasinya.
d.
Segmentasi berdasarkan benefit
(sosial/ profit oriented)
Menurut Radiosunu (1979), pembeli dibagi
berdasarkan kegunaan yang dicari dari barang bersangkutan. Pada usaha ini tidak
melakukan segmentasi pasar berdasarkan benefit.
e.
Segmentasi berdasarkan psikografis
(gaya hidup masyarakat, kedinamisan masyarakat)
Pada usaha ini tidak melakukan
segmentasi pasar berdasarkan psikografis. Dalam menjual produk sate
kelinciini tidak memandang kelas sosial, gaya hidup atau kepribadian dari pembeli.
f.
Segmentasi berdasarkan faktor
pemasaran (harga, kualitas produk, kesetiaan pelanggan, penawaran, permintaan.
Pada usaha ini tidak melakukan
segmentasi pasar berdasarkan faktor pemasaran
g.
Segmentasi berdasarkan
produk-ruang (produk volumineus, ringkas /tidaknya suatu produk)
Pada usahaa ini tidak melakukan
segmentasi pasar berdasarkan produk-ruang karena produk yang dihasilkan
hanyalah sate kelinci saja.
e. Evaluasi Pemasaran
Evaluasi pemasaran dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kekurangan pada proses pemasaran, kelebihan-kelebihan
yang ada saat proses pemasaran. Hal ini dapat digunakan untuk menetapkan
strategi pemasaran yang didasarkan pada peluang-peluang atau opportunity. Namun dapat meminimalkan
kelemahan (wealinesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2004).
Pemasaran yang telah dilakukan kurang
efektif sehingga minat konsumen kurang. Akan tetapi terdapat kelebihan dalam
pemasaran yang dimiliki dalam usaha sate kelinci ini adalah produk ini termasuk
produk yang jarang ditemukan disekitar area berjualan sehingga mempunyai
potensi usaha yang baik. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat disimpulkan prospek
pemasaran masih terbuka lebar dan daerah pemasaran masih banyak, apabila
pemasaran ditingkatkan lagi akan lebih menghasilkan keuntungan yang lebih
banyak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Lembaga tataniaga yang terlibat
dalam saluran tataniaga di Pasar Turisari adalah peternak, pedagang pengumpul,
konsumen, dinas Pengelola Kekayaan Daerah dan pedagang perantara.
2.
Profit margin atau keuntungan yang
diperoleh pedagang daging sapi adalah
sebesar Rp 125.000,- per hari, sedangkan farmer
share yang diperoleh dari presentase harga pokok dan harga jual adalah 75
%.
3.
Pengawasan intern terhadap
pemasaran di Pasar Turisari dilakukan oleh petugas pengelola pasar yang
merupakan staf dari Kelurahan Turisari, sedangkan pengawasan ekstern dilakaukan
oleh pemerintah yaitu Dinas Pengelola Pasar Surakarta..
B. Saran
Perlu adanya penetapan dan peraturan
khusus mengenai kualitas daging yang dijual di pasar Turisari. .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Pasar Tradisional. www.wikipedia.com/pasar-tradisional
didownload pada tanggal 10 Desember 2009.
Assauri,
S. 1992. Manajemen Pemasaran.
Rajawali, Jakarta.
Cahyono,
B.T., 1994. Manajemen Pemasaran, Analisis
Agribisnis dan Industri. STIE IPWI. Program Magister Manajemen.
Downey,
W.D. dan S.P Erickson, 1989. Manajemen
Agribisnis edisi ke-2. Erlangga, Jakarta
Kotler,
P.1987. Pemasaran, Analisis, Perencanaan
dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta
. Dan A.B. Susanto, 1989. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
., 1990. Manajemen Pemasaran.
Erlangga, Jakarta.
Kartasapoetra,
G. 1992. Marketing Produk Pertanian Untuk
Industri. Rineka Cipta, Jakarta.
Lamb,
C., Joseph, Hair, Carl, M., 2001. Pemasaran.
Salemba Empat. Jakarta.
Radiosunu,
1986. Manajemen Pemasaran; Suatu
Pendekatan Analisis. BPFE, Yogyakarta.
Rangkuti,
F., 2004. Anaisis SWOT, Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sahib
Sarogini, W.R. 2001. Pengantar Bisnis.
Salemba Emban Patria, Jakarta.
Sudiono,
A., 2002. Pemasaran Pertanian. UMM
Press. Malang.
Swastha dan Irawan. 1979. Manajeen Pemasaran Modern. Liberty Offest,. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar